Tentara Israel terlihat dekat perbatasan Jalur Gaza di Israel selatan pada 6 Januari 2024. (Xinhua/JINI/Ilan Assayag)

Jakarta, aktual.com – Parlemen Israel telah mengesahkan resolusi yang menolak pembentukan negara Palestina, menyebutnya sebagai “ancaman eksistensial”. Voting yang dilakukan pada Kamis (18/7) ini menuai kecaman dari para pemimpin Palestina dan komunitas internasional.

Meskipun keputusan ini sebagian besar bersifat simbolis, hal ini menandai momen penting menjelang pidato Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Kongres Amerika Serikat (AS) yang dijadwalkan pada Rabu depan.

Kelompok garis keras veteran Israel tidak menunjukkan minat besar terhadap upaya pemerintah AS untuk menjadi perantara gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera di Gaza. Mereka bersikeras bahwa “kemenangan mutlak” atas Hamas dapat dicapai dan berjanji untuk meningkatkan tekanan militer.

Menurut laporan dari Al Arabiya dan AFP pada Jumat (19/7/2024), resolusi yang disahkan oleh anggota parlemen Israel menyatakan bahwa pembentukan negara Palestina di wilayah yang diduduki oleh tentara Israel akan “memperpetuasi konflik Israel-Palestina dan mengganggu stabilitas kawasan.”

Resolusi tersebut juga menyebutkan bahwa “mempromosikan” negara Palestina “hanya akan memberikan dorongan bagi Hamas dan pendukungnya” setelah serangan yang dilakukan pada 7 Oktober yang memicu perang Gaza.

Resolusi tersebut disahkan dengan 68 suara setuju berbanding sembilan menolak dari 120 anggota parlemen.

Atas hasil voting parlemen Israel itu, Otoritas Palestina menuduh koalisi sayap kanan Israel “menjerumuskan kawasan ini ke dalam jurang yang dalam.”

Negara tetangga, Yordania, menyebut voting tersebut sebagai “pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan tantangan bagi komunitas internasional.”

Prancis juga menyatakan “kekhawatiran” atas keputusan tersebut, menilai bahwa resolusi itu “bertentangan” dengan berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga mengungkapkan “kekecewaan mendalam” terhadap tindakan parlemen Israel. “Anda tidak bisa menolak solusi dua negara,” kata juru bicaranya, Stephane Dujarric.

Guterres telah berulang kali mendesak agar gencatan senjata segera dilakukan dalam perang Gaza, dan pada hari Rabu menyatakan bahwa “situasi kemanusiaan… merupakan noda moral bagi kita semua.”

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain