Jakarta, Aktual.com – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Bulan Bintang (PBB), Afriansyah Noor angkat bicara tentang maraknya kasus praktik politik uang dalam pencalonan atau mahar politik menjelang pagelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2018.
Ia mengatakan, maraknya praktik mahar politik memperlihatkan jika sejumlah partai politik telah menanggalkan ideologi sebagai landasan berpolitik, melainkan hanya berdasar kekuatan uang atau modal belaka.
“Partai yang tidak berideologi akan hancur oleh zaman, buktikan saja nanti,” ucapnya kepada Aktual, Sabtu (21/1).
“Sebaliknya, partai basis ideologis tidak akan hancur oleh zaman,” tambahnya.
Pernyataan Afriansyah di atas merupakan tanggapan atas terungkapnya dugaan praktik mahar politik dalam dua parpol, yaitu Gerindra dan Hanura.
Sebelumnya, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur La Nyalla Mattalitti, mengaku diminta mahar oleh beberapa oknum Partai Gerindra hingga puluhan miliar saat ingin maju dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) 2018.
Sementara di internal Partai Hanura, sejumlah kader partai yang ‘memberontak’ menyatakan bahwa calon kepala daerah yang dipilih oleh Oesman Sapta Odang selalu Ketua Umum hanya berdasar setoran duit saja.
Menurut Afriansyah, maraknya praktik mahar politik membuat biaya politik (cost politic) di tanah air semakin menggunung. Hal ini disebutnya akan membuat sosok-sosok potensial akan sulit bermuculan lantaran terbentur oleh dana.
Dan ini juga menjadi bukti nyata bahwa pengkaderan politik dalam sebuah partai politik di Indonesia telah gagal lantaran setiap keputusan hanya bermuara pada uang semata.
“Jadi proses pengkaderan di partai memang gagal,” tegasnya.
Mahalnya biaya politik di Indonesia sendiri sempat dikeluhkan oleh Ketua Umum PBB, Yusril Ihza Mahendra, pada saat pendaftaran parpol peserta Pemilu 2019 pada beberapa waktu lalu.
Afriansyah sendiri mengakui jika PBB bukan parpol yang berorientasi pada uang semata. Dalam Pilkada 2018 tahun ini misalnya, Afriansyah mengugkapkan jika partainya hanya meminta untuk membesarkan PBB di daerah kepada 50 dari 57 calon kepala daerah yang diusungnya, tanpa ada embel-embel mahar politik.
“Uang kita perlukan tapi tidak segala-galanya. Dan masyarakat dapat menilai bahwa PBB ini masih layak dipilih atau tidak,” tegas alumni ISTN Jakarta ini.
“Artinya, kita lebih andelin kekuatan internal kita sendiri. Sehingga, kami enggak bisa buat iklan karena mahal,” tutupnya sembari tertawa.
Pewarta : Teuku Wildan A.
Artikel ini ditulis oleh:
Bawaan Situs