Jakarta, Aktual.com – Politisi senior Partai Demokrat, Ahmad Yahya menilai partai yang ia dirikan kini menjadi ‘Partai Keluarga’ di era Susilo Bambang Yudhono (SBY). Hal ini terjadi usai perhelatan kongres partai berlambang Mercy itu pada tahun 2013 lalu. Saat itu, SBY dan putranya Edhi Baskoro Yudhoyono atau Ibas menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal secara bersamaan.
“Pasca 2009, selanjutnya berubah menjadi babak baru, tepatnya setelah Anas Urbaningrum digantikan SBY menjadi Ketua Umun produk KLB di Bali 2013, dan putranya Edhi Baskoro Yudoyono tetap menjadi Sekjen. Maka mulai saat itulah masyarakat memberi stempel Partai Demokrat adalah Partai Keluarga,” ujar Ahmad Yahya kepada media, Senin (22/2) malam.
Pimpinan Ponpes Nur Azizah Tangerang ini pun bercerita bahwa Partai Demokrat didirikan untuk menjadi partai yang terbuka. Namun, usai kongres di Bali pada tahun 2005, banyak kepala daerah yang mulai tertarik bergabung dengan Demokrat. Bahkan, di antara kepala daerah tersebut optimis untuk memimpin Demokrat di tingkat daerah maupun cabang.
Menurutnya, tak ada satu pihak pun yang mengusik dan mempertanyakan motif Kepala Daerah untuk bergabung ke Partai Demokrat pada saat itu.
“Oleh karena sejatinya Partai Demokrat memang berkomitmen menjadi Partai modern dan terbuka. Akibat sinergisitas itulah, mulai dari kepemimpinan nasional Pak SBY dan bergabungnya putra-putri terbaik di masing-masing daerah, maka Partai Demokrat menjadi besar dan partai pemenang di Pemilu 2009,” katanya.
Ahmad Yahya pun menyatakan keterpilihan AHY dalam kongres yang berlangsung 2020 lalu penuh dengan rekayasa dan kebohongan. Pasalnya, AHY terpilih dengan cara aklamasi yang dipaksakan, dimana kongres juga berlangsung tidak sesuai dengan tata tertib dan aturan yang berlaku.
“Kongres jadi-jadian, tidak ada tata tertib, tidak ada pertanggung jawaban keuangan dan program. Bahkan AD/ART 2020 dibuat diluar setelah konggres,” tegasnya.
Senada dengan Ahmad Yahya, pendiri Partai Demokrat lainnya, HM Darmizal MS menyebut jika partainya kini menjadi partai milik keluarga SBY. Menurut Darmizal, imbas hal tersebut, tren perolehan suara partai Demokrat dalam pemilu selalu menurun. Termasuk diantaranya saat AHY diujicoba dalam Pilkada DKI dan Pemilu 2019, dimana suara Partai Demokrat terus turun hingga hanya sebesar 7 persen.
“Lagi-lagi partai yang dikelola dengan manajemen keluarga tidak dapat membuktikan membesarkan dan memenangkan Partai Demokrat,” kata Darmizal.
Menurutnya, dalam kepengurusan Partai Demokrat periode 2015-2020, jabatan-jabatan strategis di jajaran Dewan Pimpinan Pusat atau DPP semakin dikuasai oleh keluarga SBY. Bahkan setelah AHY gagal dalam bursa Gubernur DKI 2017, SBY menobatkan AHY sebagai Komandan Tugas Utama (Kogasma) yang fungsinya memenangkan Pemilu 2019. Namun, justru hasil perolehan suaranya malah semakin anjlok.
Artikel ini ditulis oleh:
A. Hilmi