Jakarta, Aktual.com – Koalisi partai pendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) – Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada DKI Jakarta diperkirakan tidak akan solid. Dampak terburu dari ketidaksolidan tersebut bisa berimbas pada pemenangan Ahok – Djarot dalam Pilkada DKI yang dihelat Februari 2017 mendatang.
Setelah ‘insiden’ pemakaian jas merah ke Ahok oleh Ketum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri dalam pendaftaran di KPUD DKI, PDIP disebut-sebut juga akan menguasai Tim Pemenangan. Padahal, kebersamaan partai koalisi yang terdiri dari PDIP, Golkar, NasDem dan Hanura, semestinya berjalan dalam satu barisan.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Vox Populi Center Pangi Syarwi Chaniago saat dihubungi, Rabu (28/9).
Menurutnya, apa yang dipertontonkan PDIP setelah memutuskan mendukung Ahok-Djarot akan mengganggu hubungan baik dengan Golkar, NasDem dan Hanura yang terlebih dulu menyatakan dukungan ke Ahok-Djarot.
“Ini sebetulnya kan berdagang pengaruh. Pemakaian jas oleh Mega itu memberikan pesan bahwa Mega ingin mengatakan bahwa PDIP adalah pengusung utama. Pesan ini yang sebenarnya mau disampaikan Mega,” terang Pangi.
Ditambahkan, jika kondisi internal partai pendukung Ahok-Djarot tidak diselesaikan dengan baik, bukan tidak mungkin kerja-kerja tim dilapangan akan terganggu. Dan, pada gilirannya berdampak pada pemenangan Ahok-Djarot sendiri di Pilkada DKI.
Sementara jika merunut ke belakang, partai politik yang pertama kali menyatakan dukungan ke Ahok adalah NasDem, Hanura dan Golkar. Sementara PDI Perjuangan sendiri baru menyatakan dukung paling terakhir, meski partai berlambang banteng moncong putih paling ditunggu Ahok.
“Golkar termasuk partai awal yang mendukung Jokowi, sementara PDIP sendiri menyatakan dukungan belakangan,” jelas Pangi.(Soemitro)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid