Capex-nya sendiri, kata dia, sebanyak 60 persen akan digunkan untuk pengembangan bisnis seluler, kemudian 35 persen untuk pengembangan broadband seperti indiehome, dan sisanya untuk yang lain-lain.
Namun dengan capex yang sebesar itu, diakui Harry, di ujung semester II-2017 ini serapan emiten berkode TLKM ini baru mencapai kurang dari 50 persen. Akan tetapi, hal itu tak jadi masalah, karena bisnis telko itu sangat dinamis.
“Jadi, hampir pertengahan tahun rasanya belum terserap sampai 50 persen. Tapi gini, capex kita itu ada yang sifatnya carry over. Seperti proyek-proyek yg belum selesai di tahun lalu. Makanya, angka itu tak jadi masalah,” kata dia.
Dengan kondisi itu, perseroan masih optimis kalau kinerja TLKM tahun ini bisa mencapai pertumbuhan triple double digit. Yaitu untuk, penjualan, pendapatan, dan EBITDA.
“Trennya itu masih bagus. Apalag berdasar data, pertumbuhan kita di kuartal I-2017 lalu di atas industri. Industri telko hanya tumbuh 6,8 persen dan kita yang leader dari industri ini mencapai 12,6 persen. Hingga akhir tahun target industri tumbuh 9 persen, kita double digit,” tutup Harry.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid