Jakarta, Aktual.com – Laju pasar obligasi ternyata masih mengalami kelesuan, sehingga banyak yang melakukan aksi jual. Hal ini membuat surat utang pemerintah baik yang jenis konvensional Surat Utang Negara (SUN) maupun Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) terancam tak laku.

Padahal, beberapa rilis data ekonomi makro menunjukkan kondisi positif. Ditambah nilai tukar rupiah juga tengah menguat.

“Tapi terapresasinya rupiah dan ada berita positif dari makroekonomi dalam negeri, ternyata ditanggapi dingin. Sehingga terlihat masih ada aksi jual membuat pasar obligasi diselimuti awan negatif,” papar analis senior PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, di Jakarta, Jumat (27/1).

Menurut Reza, belum adanya sentimen yang dirasa positif untuk pasar obligasi, membuat pelaku pasar belum memberanikan diri untuk melakukan aktivitas pembelian obligasi yang lebih besar.

“Banyaknya aksi jual ini, tak hanya terlihat pada obligasi tenor panjang. Tapi juga pada sebagian obligasi tenor menengah dan tenor pendek,” ujar dia.

Pergerakan yield (imbal hasil) untuk masing-masing tenor, kata dia, untuk tenor pendek (1-4 tahun) rata-rata mengalami penurunan yield -0,20 bps; tenor menengah (5-7 tahun) naik 3,36 bps; dan panjang (8-30 tahun) turun -0,98 bps.

Obligasi yang tak laku pun dialami oleh SUN atau SBSN. Pada jenis FR0053 yang memiliki waktu jatuh tempo ±6 tahun dengan harga 99,25% memiliki yield 7,17% atau naik 6,87 bps dari sehari sebelumnya di harga 99,72% memiliki yield 7,06% atau turun -3,75 bps.

Sedang, lanjut Reza, untuk FR0072 yang memiliki waktu jatuh tempo ±20 tahun dengan harga 101,44% dan yield 8,10%atau naik 5,90 bps dari sehari sebelumnya di harga 102,43% dan yield 7,99% atau turun -2,56 bps.

“Pada Kamis (26/1) kemarin, rata-rata harga obligasi pemerintah pada INDOBeX Government Clean Price turun -0,15 bps di level 111,87 dari sebelumnya di level 112,03. Sementara, rata-rata harga obligasi korporasi pada INDOBeX Corporate Clean Price turun -0,04 bps di level 106,73 dari sebelumnya di level 106,77,” papar dia.

Reza memperkirakan, mulai meningkatnya yield obligasi AS menjadi perhatian pelaku pasar, sehingga berimbas pada pergerakan obligasi dalam negeri. “Tetap waspadai potensi pelemahan lanjutan dan cermati berbagai sentimen yang ada untuk aantisipasi perubahan harga di pasar obligasi,” pungkasnya.
Laporan: Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: