Pengunjung bersama karyawan di lingkungan Bursa Efek Indonesia (BEI) serta pengemar group band Kahitna berbaur dan bernyanyi saat acara IDX Stock Sound usai penutupan perdagangan perdagangan saham di Main Hall, BEI, Jakarta, (31/7). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat ke 5.840 setelah sempat bergerak bak roller coaster sepanjang hari ini. IHSG naik 9,912 poin (0,17%) ke 5.840,939. Indeks LQ45 berkurang 0,052 poin (0,01%) ke 974,007. Posisi tertinggi IHSG sempat terjadi di level 5.847,939 dan terendah di 5.816,53. Transaksi sore ini cenderung moderat. Hingga sore ini, telah terjadi 325.344 kali transaksi sebanyak 6,9 miliar lembar saham senilai Rp 7,1 triliun. AKTUAL/Eko S Hilman

Jakarta, Aktual.com – Research Analyst Forextime Lukman Otunuga mengemukakan, pelaku pasar saham menyoroti apakah kebijakan pemerintah dapat memastikan pencapaian target inflasi sebagaimana yang telah ditetapkan untuk tahun ini.

“Memasuki bulan trading terakhir di tahun 2017, investor akan terus memperhatikan data ekonomi guna mempelajari apakah Indonesia akan mampu mencapai target pertumbuhan yang ditetapkan pemerintah,” kata Lukman Otunuga di Jakarta, Senin (4/12).

Menurut dia, peristiwa berisiko utama untuk ekonomi Indonesia pada Senin ini adalah laporan inflasi November yang diprediksi menunjukkan bahwa harga konsumen meningkat sekitar 0,3 persen pada bulan tersebut.

Ia juga mengingatkan bahwa tingkat inflasi Indonesia melambat untuk empat bulan berturut-turut sejak beberapa waktu lalu yang disebabkan antara lain karena penurunan harga pangan.

Di tempat terpisah, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan kenaikan harga bahan makanan menjadi pemicu terjadinya inflasi pada November 2017 yang tercatat sebesar 0,2 persen.

“Inflasi November dipengaruhi oleh kenaikan harga cabai merah, bawang merah dan beras,” kata Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.

Kenaikan harga cabai merah dalam periode ini memberikan andil inflasi sebesar 0,06 persen, diikuti harga beras yang memberikan andil inflasi 0,03 persen dan harga bawang merah dengan andil inflasi 0,02 persen.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan inflasi 2017 akan sebesar 3,1 persen (year on year/yoy), atau meningkat tipis dari inflasi 2016 yang sebesar 3,02 persen (yoy).

Darmin mengatakan meskipun laju inflasi cenderung terus menurun sepanjang tahun, pemerintah tetap mewaspadai potensi tekanan inflasi dari kelompok harga barang yang bergejolak atau bahan pangan, mengingat permintaan pangan biasanya meningkat di akhir tahun.

Selain itu, lanjutnya, biasanya terdapat perubahan cuaca yang signifikan pada akhir tahun ini. Hal itu dikhawatirkan mempengaruhi hasil panen petani dan tingkat kecukupan pangan bagi masyarakat.

Sedangkan Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan stabilitas harga pangan, terutama menjelang akhir tahun, harus terus dijaga sehingga laju inflasi tidak meningkat karena saat ini juga sudah mulai memasuki musim hujan.

“Saya rasa berbagai program untuk menjaga stabilitas harga pangan itu, harus dijaga. Kita sekarang antisipasi tentu saja musim, dimana banyak sekali cuaca ekstrim yang sebabkan ‘disruption’ dari sisi transportasi dan makanya logistik ini akan terpengaruh dan dari sisi supply side-nya juga,” ujarnya.

Menkeu mengharapkan, kendati sedang menghadapi musim hujan, jumlah stok bahan pangan serta konektivitas untuk distribusi bahan pangan itu sendiri juga terjaga sehingga inflasi dapat dikelola dengan baik.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Antara