Asap putih membubung dari kawah Gunung Bromo terlihat dari Penanjakan 2, Probolinggo, Jawa Timur, Minggu (3/4). Pengelolah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) pada 2017 akan menerapkan pembatasan jumlah pengunjung dikawasan tersebut guna menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem kawasan TNBTS. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/aww/16.

Surabaya, Aktual.com — Kepala Sub Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan mengatakan aktivitas Gunung Bromo (2.329 meter DPL) pascaerupsi beberapa waktu lalu masih fluktuatif.

“Aktivitas Gunung Bromo masih berfluktuasi, namun tingkat aktivitasnya masih waspada atau level 2 dan belum ada peningkatan status menjadi siaga,” kata Hendra saat dihubungi dari Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Minggu (10/4) malam.

Menurut dia, Gunung Bromo sudah mengalami erupsi saat statusnya waspada, namun material lontaran erupsi tersebut masih berada di dalam kawah dan jarak aman dari material tersebut sesuai dengan level 2 yakni 1 kilometer dari kawah.

“Abu vulkanis erupsi tersebut tergantung arah angin dan hari ini angin condong ke barat atau Malang, sehingga bisa saja mengganggu aktivitas penerbangan di sana,” tuturnya.

Berdasarkan data dari PVMBG, Badan Geologi Kementerian ESDM, secara visual Gunung Bromo terlihat cerah hingga mendung, angin tenang, hujan gerimis hingga deras, tampak asap kawah putih kelabu kecoklatan tipis-tebal, kemudian tekanan lemah-kuat, tinggi asap sekitar 600-1.500 meter dari puncak yang condong ke arah barat-barat laut.

Terdengar suara gemuruh lemah hingga kuat dari dalam kawah, kemudian teramati sinar api dari kawah dan terdengar sekali dentuman.

Secara seismik, akivitas Gunung Bromo pada 9 April 2016 tercatat tremor vulkanik menerus dengan amplitudo dominan 2 milimeter, satu kali gempa vulkanik dalam, tiga kali gempa vulkanik dangkal, dan 17 kali gempa embusan.

“Kesimpulannya aktivitas vulkanis Bromo masih belum stabil, namun statusnya masih tetap waspada,” ujarnya.

Hendra menjelaskan energi tremor gempa vulkanik masih berfluktuasi dan masih dibawah energi saat kondisi siaga sejak Desember 2015 hingga Februari 2016.

“Kami imbau masyarakat di sekitar Gunung Bromo baik pengunjung, wisatawan, maupun pendaki tidak memasuki kawasan dalam radius 1 km dari kawah aktif gunung yang memiliki ketinggian 2.329 mdpl itu,” katanya.

Sementara itu, Bandara Abd Saleh Malang ditutup kembali setelah beberapa bulan lalu juga sempat ditutup akibat terdampak aktivitas vulkanik Gunung Bromo yang membahayakan bagi penerbangan.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Bandara Abd Saleh, Suharno di Malang, mengatakan penutupan bandara dilakukan mulai Minggu ini sekitar pukul 13.30 WIB hingga Senin (11/4) pukul 09.00 WIB.

PVMBG sempat menaikkan status Gunung Bromo yang berada di perbatasan Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang dari waspada (Level II) menjadi siaga (Level III) sejak 4 Desember 2015 pukul 14.00 WIB.

Kemudian pada 26 Februari 2016 tingkat aktivitas Bromo diturunkan dari siaga menjadi waspada sejak pukul 13.00 WIB seiring dengan penurunan aktivitas gunung yang memiliki keindahan “sunrise” yang eksotis tersebut.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan