Menurut Oki, larangan ini bukan berarti Tutut menjadi penyebab keracunan, tetapi keracunan bisa dikarena masakan tutut yang diolah tidak secara higienis, atau sumber air yang digunakan untuk memasak kurang bagus.
“Ini semua sedang ditelusuri, sampel sudah diambil, sisa tutut yang ada, memeriksa air sumur, serta bumbu masakannya,” kata Oki.
Menurut warga, tutut salah satu hidangan yang paling diminati setiap bulan Ramadhan. Ini terlihat maraknya pedagang tutut di pasar-pasar dan penjual takjil musiman.
Tutut dijual dengan aneka rasa, ada tutut super pedas, dan tutut rasa original.
“Bulan Ramadhan gini tutut paling banyak dicari, dijadikan cemilan setelah berbuka, makanya banyak pedagang tutut bermunculan,” kata Sumarni, kader Posyandu RT 04/RW 07 Kelurahan Tanah Baru.
Sumarni mengatakan, di wilayahnya ada dua warganya yang menjual Tutut salah satunya buk Yayah. Tetapi tutut yang dikonsumsi warga hingga menyebabkan keracunan bersumber dari warung Mang Juju yang dibuat oleh Buk Yayah.
“Anak saya ikut makan, tapi tidak dari tutut buatan buk yayah, pedagang satunya lagi, aman-aman saja, nggak kenapa-napa,” kata Sumarni.
Warga menduga, tutut yang dijual hari itu adalah tutut sisa yang tidak laku diolah kembali oleh Buk Yayah.
“Sempat kemarin saya tanyain, tutut yang tidak habis dijual, dibuang apa diolah lagi. Jawabnya dibuang, tapi kenapa kejadian begini,” kata Sumarni heran.
ant
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby