Maka dengan asumsi 1 hektare memerlukan benih jagung rata-rata sebesar 20 kilogram, maka pada 2018 memerlukan benih jagung sebanyak 106.000 ton benih.

Padahal, lanjutnya, kapasitas produksi benih nasional diperkirakan tidak pernah melebihi 60.000 ton benih.

Peneliti Visi Teliti Saksama Nanug Pratomo mengingatkan bahwa kondisi permintaan terhadap jagung masih belum mencapai keseimbangan dengan jagung yang diproduksi.

Selain itu, ujar dia, disorot pula mengenai persoalan panjangnya rantai distribusi yang menjadi salah satu penyebab mengapa harga jagung fluktuatif.

“Selama jagung belum bisa ‘full’ memenuhi kebutuhan dalam negeri, impor jagung dibutuhkan, setidaknya dalam jangka pendek,” paparnya.

Sedangkan Presidium Agri Watch Dean Novel menyatakan banyak kalangan berulang-ulang mengingatkan tentang karut marut pengeloan pangan khususnya jagung apalagi kebutuhan konsumsi pakan peternak diperkirakan akan terus meningkat. Dean Novel mengusulkan adanya sistem dan mekanisme pertanian yang berkelanjutan.

Artikel ini ditulis oleh: