Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berpidato membuka Hari Ulang Tahun (HUT) Pasar Modal Indonesia ke-38, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (10/8/2015). Jokowi mengatakan lambatnya perekonomian bukan hanya terjadi di Indonesia saja. AKTUAL/EKO S HILMAN

Jakarta, Aktual.com —  Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika menyampaikan Keterangan Pemerintah atas RUU APBN Tahun 2016 beserta Nota Keuangannya di depan Rapat Paripurna DPR menyatakan bahwa pemerintah mengusulkan pertumbuhan ekonomi tahun 2016 sebesar 5,5 persen.

Jokowi mengatakan kondisi ekonomi global diproyeksikan membaik sehingga kinerja ekspor-impor serta permintaan global atas produk-produk Indonesia juga meningkat. Namun, asumsi makro pertumbuhan ekonomi tersebut lebih rendah dibandingkan RAPBN 2015 sebesar 5,6 dan APBN 2015 5,8.

“Asumsi dasar ekonomi makro yang ditetapkan tersebut diharapkan dapar mencerminkan kondisi perekonomian yang lebih realistis sehingga akan mendorong tingkat kepercayaan pasar yang lebih tinggi,” ujar Presiden Jokowi di Jakarta, Jumat (14/8).

Pembangunan infrastruktur, lanjutnya, juga akan mendorong kinerja pembentukan modal tetap bruto dan konsumsi nasional. Sementara peningkatan konektivitas nasional dan realokasi belanja ke sektor-sektor produktif diharapkan mampu menggerakkan perekonomian nasional, menjaga daya beli masyarakat dan mengendalikan laju inflasi.

Sedagkan laju inflasi diperkirakan mencapai 4,7 persen. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti perkembangan harga komoditas pangan dan energi dunia, pergerakan nilai tukar rupiah serta perubahan iklim.

Menurut Presiden, pemerintah akan terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia dan menggerakkan pemerintah daerah dalam rangka pengendalian inflasi nasional.

“Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah terus kita aktifkan, pemerintah juga akan menjaga harga bahan pangan dan energi di domestik dengan menyediakan alokasi anggaran dan dana cadangan dalam rangka ketahanan pangan nasional,” kata Presiden.

Sementara itu, rata-rata suku bunga Surat Perbendaharaan Negera (SPN) tiga bulan diasumsikan berada pada tingkat 5,5 persen. Surat Utang Negara diharapkan tetap menarik bagi investor.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka