Orang-orang menunggu di luar rumah sakit setelah kelompok bersenjata menembakkan peluru ke kompleks asrama di kota Aleppo, Suriah utara, pada 29 November 2024. ANTARA/Xinhua/Str

Damaskus, Aktual.com – Koordinator Residen dan Kemanusiaan PBB untuk Suriah Adam Abdelmoula pada Minggu (1/12), mendesak agar pertempuran segera dihentikan di Aleppo, Suriah barat laut, dan dialog antara pihak-pihak terkait dilakukan secepatnya.

Eskalasi kekerasan yang terjadi di Aleppo sejak Rabu (27/11), lalu telah mengakibatkan hilangnya nyawa warga sipil tak berdosa, termasuk perempuan dan anak-anak, kerusakan pada infrastruktur sipil, dan penghentian sementara layanan-layanan esensial, ujar Abdelmoula dalam sebuah pernyataan.

Hal itu terjadi saat banyak orang yang tak terhitung jumlahnya, dengan banyak di antaranya menderita trauma akibat pengungsian, kini terpaksa kembali mengungsi, meninggalkan rumah dan mata pencarian mereka, kata Abdelmoula.

“Kami mendesak semua pihak yang bertikai untuk segera menghentikan pertempuran dan memprioritaskan perlindungan terhadap warga sipil dan pekerja kemanusiaan,” ujarnya.

“Rakyat Suriah tidak boleh menanggung penderitaan yang lebih besar lagi, dan kami meminta adanya kesempatan untuk pelaksanaan dialog,” katanya.

Sebelum masuknya lebih dari setengah juta pengungsi yang kembali dan pengungsi dari Lebanon baru-baru ini, ada lebih dari 16,7 juta orang di Suriah yang membutuhkan bantuan kemanusiaan, katanya.

Akibat gelombang kekerasan terbaru ini, “ada lebih banyak lagi nyawa yang harus segera diselamatkan,” katanya.

Pejabat PBB tersebut menegaskan kembali komitmen komunitas kemanusiaan untuk memberikan bantuan penyelamat nyawa kepada penduduk yang terdampak.

Pada Rabu, sebuah serangan pemberontak skala besar mengguncang wilayah pedesaan barat Aleppo, yang merupakan serangan signifikan pertama sejak 2016. Serangan tersebut dilakukan oleh koalisi kelompok pemberontak, yang didominasi oleh Hayat Tahrir al-Sham, sebuah organisasi ekstremis yang memiliki kaitan dengan Al-Qaeda, dengan tujuan untuk menembus wilayah-wilayah yang dikuasai pemerintah.

Pada Jumat (29/11), para pemberontak menyerbu beberapa daerah di Aleppo setelah mereka diusir dari kota tersebut pada 2016. Pada Sabtu (30/11), mereka maju ke Provinsi Hama di Suriah tengah dan menguasai sejumlah kota dan desa di bagian utara provinsi itu, setelah merebut wilayah-wilayah penting di Aleppo dan Idlib.

Dihadapkan dengan jumlah militan yang sangat besar dan berbagai serangan, tentara Suriah mengumumkan pengerahan kembali pasukannya untuk sementara waktu. Media pemerintah Suriah dan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah lembaga pemantau perang yang berbasis di Inggris, pada Minggu melaporkan bahwa pasukan pemerintah melancarkan serangan balasan di wilayah pedesaan utara Hama, merebut kembali area-area penting dari kelompok pemberontak.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan