Jakarta, Aktual.co — Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI), menetapkan enam parameter bagi calon atlet bulu tangkis, yang akan bergabung di pusat pelatihan bulu tangkis PBSI di Cipayung, Jakarta.
“Kami telah membuat sistem dan struktur di dalam pelatnas dan luar pelatnas (klub). Selama ini kriteria masuk pelatnas belum ada standarnya. Sekarang kami sudah punya satu patokan,” kata Kepala Bidang Pengembangan PBSI, Basri Yusuf seperti dilansir Tim Humas dan Media Sosial PBS, Selasa (4/11).
Basri mengatakan enam parameter fisik itu adalah VO2 Max untuk mengukur ketahanan, court agility untuk mengukur kecepatan, vertikal jump untuk mengukur kekuatan, skipping rope untuk mengukur koordinasi gerakan kaki dan tangan, sit up untuk mengukur stabilitas fisik, dan push up untuk mengukur kekuatan.
PBSI, lanjut Basri, mempunyai bobot penilaian dari enam parameter fisik yang ditetapkan yaitu bobot 40 persen untuk VO2 Max, bobot 15 persen untuk court agility, bobot 15 persen untuk skipping rope, bobot 10 persen untuk vertical jump, dan bobot masing-masing 10 persen untuk sit up dan push up.
“Kami juga belajar dari kemajuan negara lain yang sudah menerapkan hal ini. Bukan hanya latihan, kami juga mulai memanfaatkan teknologi berupa ‘sport science’ yang terintegrasi,” tambah Basri.
Basri mengatakan program PBSI sudah lebih terencana dan sistem metode baku setelah menetapkan enam parameter fisik untuk calon-calon atlet pelatnas.
PBSI akan mulai menerapkan enam parameter itu dalam ajang Junior Masters 2014 yang merupakan kejuaraan pencarian bibit-bibit atlet muda bulu tangkis pada akhir 2014.
“Jika melihat hasil tes fisik dalam Junior Masters 2013, ada pemain yang kuat di VO2 Max. Padahal, semua kriteria lain juga penting bagi atlet bulu tangkis,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PBSI, Achmad Budiharto.
Budi berharap semua paramater dapat dipenuhi atlet-atlet muda yang mengikuti Junior Masters 2014 meski bobot fisiknya 30 persen dan teknik 50 persen.
Artikel ini ditulis oleh: