Jakarta, Aktual.com – Kebijakan pemerintah yang mensyaratkan Tes PCR sebagi syarat yang harus dipenuhi pelaku perjalanan udara ditengah badai Pandemi Covid 19 yang belum mereda terus mendapat sambutan negatif dari masyarakat.
Bukan hanya terkait kebijakannya yang dinilai pengamat sebagai ‘barang dagangan’ tapi juga biaya yang harus dikeluarkan masyarakat ketika melakukan Tes PCR dianggap sebagai sesuatu yang tidak masuk akal dan mahal ditengah terpuruknya kondisi ekonomi bangsa.
Pengamat Ekonomi Salamudin Daeng mengungkapkan bahwa sejak semula menjadikan isu wabah atau pandemi sebagai barang dagangan itu adalah sebuah kesalahan yang bisa membawa pada bentuk-bentuk kejahatan kemanusiaan.
“Sebab kalau segala macam cara penanganan wabah diperdagangkan atau diperjualbelikan atau dikomersialisasikan, maka akan semakin membuka peluang orang atau sekelompok orang menjadikan virus sebagai strategi memperdagangkan seluruh hal, peralatan, vaksin dan obat yang diperlukan. Maka dengan demikian wabah adalah komoditi. Strategi penanganan wabah adalah komoditi.” Tuturnya saat dimintai keterangan oleh tim Aktual.com (1/11).
Selain itu Salamaudin juga mengatakan Jika sudah sampai kepada level komoditisasi virus, vaksin, obat, dll dalam kasus wabah yang bersifat global, maka itu adalah kejahatan yang besar kepada kemanusiaan.
“Jadi dalam kasus PCR, bukan hanya isu PCR mahal yang harus jadi topik utama, tapi menjadikan PCR sebagai komoditas menjadi bentuk kejahatan yang tidak dibenarkan oleh Pancasila. Seharusnya PCR ini adalah tanggung jawab penuh oleh negara melalui pemerintah. Pemerintah tidak bisa melonggarkan Protokol Covid, lalu mencari alasan agar bisa menjual test PCR. Ini bukan cara cara yang Pancasilais. Melanggar amanat preambul UUD 1945.” Tambah Daeng.
Menurut Daeng, sebetulnya kita harus menelanjangi sistem kapitalisme dunia dibalik pandemi Covid 19 sekarang ini. Menelanjangi era korporatokrasi. Dan mengedepankan sikap spirit saling membantu antar bangsa untuk kehidupan dunia yang lebih baik.
“Bahwa peradaban manusia yang dikendalikan dan disokong oleh korporasi swasta yang menguasai hajat hidup orang banyak akan menyeret manusia dalam fase kepunahan. Seharusnya wabah semacam ini ditangani dengan strategi tolong menolong diantara bangsa-bangsa diantara umat manusia. Manusia harus dapat mengambil hikmah bahwa kita semua harus kembali kepada spirit kerjasama antar bangsa-bangsa, kembali kepada Bandung Spirit Bung Karno yaitu untuk membangun dunia yang baru. To Build World A New. Tutup Daeng kepada Tim Aktual.com (1/11).
Artikel ini ditulis oleh:
Dede Eka Nurdiansyah