Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono memberikan klarifikasi terkait penyadapan dirinya dengan Ketua MUI Ma'ruf Amin, Jakarta, Rabu (1/2/2017). SBY angkat bicara terkait penyadapan percakapan telepon dia dengan Ketum MUI Ma'ruf Amin yang disebut-sebut di sidang kasus penistaan agama oleh Ahok.

Jakarta, Aktual.com – Politikus PDIP Andreas Hugo Pareira menilai keinginan Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY untuk bertemu dengan Joko Widodo alias Jokowi, tergantung urgensi dari pertemuan tersebut.

Hal itu menanggapi keinginan SBY bertemu Jokowi untuk membicarakan persoalan bangsa, mulai dari berita hoax, aksi damai hingga tuduhan terhadap SBY melakukan percakapan dengan Ketua MUI KH Ma’ruf Amin.

Sebagai presiden, kata dia, Jokowi tentu ingin ditemui oleh berbagai orang dan berbagai kelompok. Jokowi, ujar dia tentu paham betul, dengan siapa seharusnya dia bertemu.

“Apakah pak SBY masuk dalam skala prioritas pertemuan dengan Presiden ? Saya tidak tahu,” ujar Andreas di Jakarta, Kamis (2/2).

Sementara soal penyadapan ilegal yang terjadi pada SBY, anggota Komisi I DPR RI ini beranggapan, rentannya sistem pengamanan negara terhadap mantan presiden. Khususnya, bagi SBY yang bukan kali pertama menjadi korban penyadapan.

“Bahkan 2009, ketika masih menjabat sebagai presiden, SBY dan beberapa menterinya pernah disadap oleh Badan intelijen Negara tetangga kita Australia, yang kemudian dipublikasi oleh Wikileaks, yang baru ketahuan pada tahun 2013.”

“Belajar dari kasus penyadapan SBY di 2009, bisa jadi SBY masih menjadi sasaran penyadapan SBY di dalam atau dari luar negeri. Soal dari mana dan siapa yang menyadap, polri yang berwenang untuk membuktikan.”

Laporan: Nailin In Saroh

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu