Jakarta, Aktual.com – Ketua DPP Partai Hanura, Miryam S Haryani menilai simulasi paket pasangan calon yang dilakukan PDIP pada Pilkada DKI 2017 dengan menempatkan Basuki Tjahja Purnama alias Ahok sebagai calon wakil gubernur (Cawagub), sebagai bentuk kegamangan politik.

“Capek deh, saya sih enggak ikut campur urusan internal PDIP, tapi itu kan reaksi atas partai yang belum memutuskan pasanganya. Sehigga secara psikologis politik bahwa ada reaksi yang agak sedikit gamang di situ akan menimbulkan kebingungan. Dan akibatnya menurut saya justru membuat elektabilitas Ahok kian tinggi,” kata Miryam, di komplek Parlemen, Senayan, Rabu (24/8).

“Karena secara de facto dan de jure Ahok sudah bisa berangkat hanya dengan 3 partai ditambah teman Ahok,” tambah dia.

Menurut dia, jika PDIP memang mau berkoalisi dengan tiga partai pendukung Ahok maka pintu itu sangat terbuka. Akan tetapi, tidak kemudian bergabungnya PDIP lalu merubah ketentuan yang sudah ada.

“Kalau misalnya PDIP mau bergabung ke kita, ya mangga, tapi Ahok kita calonkan sebagai DKI 1, bukan DKI 2. Menurut saya ini reaksi kegamangan partai yang belum memutuskan calon gubernur di DKI,” sebut juru bicara tim pemenangan Ahok itu.

Anggota dewan komisi V itu mengatakan politik bukanlah yang bersifat harga mati dan tetap membuka komunikasi dengan PDIP dan partai lain.

“Kami tetap membuka komunikasi. Pilkada DKI miniaturnya Indonesia, dan kalau itu untuk terbalik (Ahok di posisi wakil) tidak mungkin, bahkan bila Ahok tidak ada pasangannya, dengan kucing pun Ahok pasti menang,” tandasnya.

 

*Novrizal

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang