Menurut analis yang juga mantan Tenaga Ahli Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Abdulrachim Kresno; memang kemampuan daya beli masyarakat belum kunjung pulih seiring anjloknya pertumbuhan ekonomi nasional sejak tahun 2013 yang terus terperosok dibawa 6 persen, bahkan di tahun 2014 ekonomi Indonesia terperangkap dibawah 5 persen.
Adapun tingkat konsumsi rumah tangga dalam 2 tahun terahir tidak mengalami perubahan yang radikal, sepajang tahun 2015 dari kuartal petama hingga kuartal IV lebih kurang tidak jauh diangka lima. Begitupun 2016 juga mengalami fluktuasi yang sama.
“Tahun 2015 kuartal I himgga IV itu 5.01, 4,97,4,96 dan 4,92 persen. Sedangkan untuk 2016 semester kuartal pertama 4,94, kemudian naik sedikit 5,04, lalu turun lagi 5,01 dan turun lagi ke 4,92 persen,” jelas dia.
Menurut dia, sudah tiga tahun pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla berjalan, namun tidak ada konsep yang manjur dari tim ekonomi yang dimotori oleh Darmin Nasution dan Sri Mulyani sebagai Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Keuangan.
“Sri Mulyani sudah menjabat Menteri Keuangan selama satu tahun. Itu waktu yang sangat cukup jika digumakan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan meletakkan dasar-dasar perubahan struktur ekonomi dari hanya mampu ekspor bahan mentah seperti CPO dan batubara menjadi ekspor hasil-hasil manufacturing seperti Vietnam yang ekspor tekstilnya mencapai USD 23,8 Milyar, dua kali ekspor tekstil kita yang hanya USD 12 Milyar,” pungkasnya.
Sementara perkembanangan terbaru Badan Pusat Statistik merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2017 terhadap triwulan I-2016 berasa 5,01 persen (y-on-y) atau meningkat tipis dibanding capaian triwulan I-2016 sebesar 4,92persen.
(Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka