Jakarta, Aktual.co — Pedagang Pasar Beringharjo didukung oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta menghidupkan kembali “Jagi Peken” atau menjaga pasar agar budaya yang mengutamakan gotong royong menjaga pasar tersebut tidak hilang.
“Budaya tersebut ada sejak 1960, namun seiring dengan proses renovasi pasar pada 1980, budaya itu hilang. Kini, kami bersama pedagang pasar ingin menghidupkan kembali budaya itu,” kata Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta Maryustion Tonang di Yogyakarta, Senin (3/11).
“Jagi Peken” adalah sebuah kegiatan yang rutin dilakukan oleh tim pengamanan pasar sekitar satu jam menjelang penutupan pasar. Petugas akan berkeliling pasar sambil memukul “bende” atau gong kecil untuk mengingatkan pedagang agar bersiap-siap membereskan dagangannya karena pasar akan segera ditutup.
“Nantinya, akan ada petugas yang berkeliling pasar sekitar pukul 16.00 WIB untuk memukul ‘bende’, mengingatkan pedagang agar segera membereskan barang dagangannya,” sambungnya.
Menurut dia, akan ada banyak manfaat yang bisa diperoleh pedagang dengan dihidupkannya kembali “Jagi Peken” tersebut, baik dari aspek keamanan, sosial, pariwisata hingga ke aspek ekonomi.
“Dengan tertib berjualan, maka keamanan pasar akan lebih terjamin. Dari aspek pariwisata, kegiatan ini tentu akan menarik wisatawan dan pada akhirnya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi,” lanjutnya.
Maryustion menyebut, seluruh kegiatan tersebut dibiayai secara swadaya oleh pedagang serta adanya dukungan dari sejumlah sponsor. “Tidak ada anggaran dari pemerintah daerah yang dilibatkan di sini,” imbuhnya.
Meskipun baru diawali di Pasar Beringharjo, namun Maryustion berharap, kegiatan tersebut dapat dilakukan di seluruh pasar tradisional di Kota Yogyakarta. Total pasar tradisional di Yogyakarta tercatat sebanyak 31 pasar dengan sekitar 16.000 pedagang.
“Dimungkinkan, dalam waktu dekat akan dilakukan di Pasar Kotagede. Pasar tersebut memiliki nilai sejarah yang sangat penting,” terangnya.
Selain meluncurkan kegiatan “Jagi Peken”, seluruh pedagang pasar tradisional juga berkomitmen untuk mengenakan pakaian adat tradisional Yogyakarta setiap Kamis Pahing.
Sementara itu, Asisten Sekretaris Daerah Bidang Hukum dan Pemerintahan Achmad Fadli mengatakan, memberikan apresiasi terhadap upaya pedagang melestarikan budaya dengan menghidupkan “Jagi Peken”.
“Saat ‘bende’ ditabuh, maka hal itu menjadi penanda bahwa petugas siap mengamankan pasar tradisional hingga keesokan harinya,” katanya.
Fadli menambahkan, kelebihan pasar tradisional adalah sisi tradisional yang dimiliki. “Namun demikian, pasar tradisional harus tetap berbenah agar tidak kalah dengan pasar modern. Pasar harus bersih, pedagang melayani dengan baik dan kondisinya aman,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: