Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memberikan keterangan mengenai pencapaian tahun 2016 dan target tahun 2017 Kementerian Perdagangan di Jakarta, Rabu (4/1). Kemendag mencatat surplus ekspor sebesar 7,79 miliar USD pada tahun 2016 atau naik 21,3 persen dari tahun sebelumnya, dan memproyeksikan kenaikan ekspor 5,6 persen pada tahun 2017. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Anggota Komisi VI DPR RI Ichsan Yunus menilai, melambungnya harga cabai disejumlah wilayah Indonesia adalah akibat gagalnya Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengelola laju inflasi. Padahal, faktor itu sangat berpengaruh terhadap harga komoditas tersebut.

“Ini yang saya takutkan dari awal. Saya sudah sampaikan kepada menteri perdagangan pada raker baru-baru ini, bahwa dampak inflasi sepanjang 2016 sebesar 3,02% akan sangat mempengaruhi harga pangan termasuk cabai dibandingkan komponen komoditas/sektor lainnya,” ujar Ichsan di Jakarta, Jumat (24/2).

“Apalagi bangsa kita suka sekali mengkonsumsi cabai yang mempengaruhi dari sisi demand yang tinggi di pasar,” imbuhnya.

Namun, kata dia, bisa juga melambungnya harga cabai disejumlah daerah dikarenakan beberapa faktor. Misalnya, dari sisi supply, faktor cuaca, musim penghujan mengakibatkan distribusi banyak mengalami kesulitan.

Meski demikian apapun itu, sambung Ichsan, Kementerian perdagangan lalai dalam mengantisipasi masalah ini.

“Seharusnya komoditas cabai diatur harganya (administered price) selama inflasi masih terjadi. Pemerintah harus mengantisipasi kemungkinan berlanjutnya inflasi yang berpengaruh pada harga pangan termasuk cabai karena misalnya akan ada penyesuaian tarif STNK dan tarif listrik rumah tangga pengguna daya 900 VA,” pungkasnya.

Laporan: Nailin In Saroh

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby