Jakarta, Aktual.co — Pendiri Komunitas Penjaga Budaya “Sekar Nusa”, Arie Budi Hastuari mengatakan Pekan Budaya Kalimantan Timur (Kaltim) yang akan berlangsung selama empat hari di Museum Nasional Jakarta melibatkan 1.000 siswa kelas 3-5 dari 20 Sekolah Dasar se-Jabodetabek.

“Pekan budaya tersebut akan berlangsung mulai tanggal 27-30 April 2015 di Museum Nasional, Jakarta. Usia 7-12 tahun, karena pada masa ini, anak mengalami pertumbuhan secara fisik, kognitif dan social emosional, sehingga sangat tepat untuk memberikan stimulus dan pelatihan agar anak dapat menambah cakrawala,” ujarnya, di Jakarta, Senin (13/4).

Ia mengatakan proses belajar dengan metode “edutainment” akan memosisikan anak dapat belajar dan bermain secara berkelompok meliputi kegiatan menjelajah Museum Nasional, membuat makanan kecil khas daerah Kalimantan Timur, mengenal dan membuat jerajinan khas masyarakat suku Dayak, serta mendengarkan cerita legenda yang bersifat mendidik.

“Selain itu, masih ada kegiatan seperti menyanyikan lagu Burung Enggang, mengenalkan dan mencoba membunyikan alat musik Sampe, serta ikut menarikan Tari Enggang yang terlebih dahulu telah diajarkan oleh pelatih yang dikirim ke sekolah-sekolah yang telah mendaftarkan untuk ikut dalam kegiatan ini satu bulan sebelum hari pelaksanaan,” ujarnya.

Menurut dia, acara tersebut dapat menjadi sarana bagi anak untuk belajar mengenal, memahami, toleransi sekaligus membangun kerja sama dengan teman-teman sebaya dari berbagai sekolah lainnya dalam upaya mengenal salah satu budaya daerah, dalam hal ini seni tradisi dari Kalimantan dan Dayak khususnya.

“Acara tersebut sekaligus memperkenalkan program Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yang telah dicanangkan oleh Menteri Pariwisata, maka momen ini sangat tepat bagi kita semua untuk ikut terlibat dan menggalakkan semangat mencintai museum sekaligus budaya daerah bagi anak-anak,” kata dia.

Ia mengungkapkan acara pekan budaya juga akan dimeriahkan dengan “flash mob” tarian Burung Enggang oleh 250 anak yang memakai kostum daur ulang sebagai bentuk kreativitas dari masing-masing sekolah. Kreatifitas ini sekaligus untuk memperebutkan tropi dari Museum Nasional dan Pemprov Kaltim.

Sementara itu, pemerhati seni dan budaya Prof. Dr. Edi Sedyawati mendukung penuh kegiatan tersebut karena saat ini budaya instan cukup mendominasi keseharian anak-anak muda, sehingga muncul kesan bahwa seni dan tradisi daerah itu terkesan kuno, lamban dan tidak modern.

“Hal ini menjadi kewajiban kita semua untuk mengingatkan dan membuktikan berapa dinamisnya budaya Nusantara kepada banyak anak,” ujar dia.

Untuk itu, sebagai Negara Kepulauan yang kaya akan potensi alam, seni dan nilai-nilai tradisional, keberagaman yang dimiliki menjadi aset tak ternilai dan ciri khas bangsa Indonesia untuk terus maju dan tumbuh sebagai bangsa yang kuat.

Artikel ini ditulis oleh: