Jakarta, Aktual.com – Awal pekan lalu, pila gerak nilai tukar rupiah memang sempat menguat. Namun kemudian mengalami pergerakan yang terbatas seiring sentimen global dan domestik kurang bisa membantu.

Kondisi itu diperkirakan masih akan terjadi dalam perdagangan di pekan depan. Menurut analis pasar keuangan dari PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, data-data perekonomian dalam negeri belum mampu bantu rupiah.

Rilis kenaikan cadangan devisa dan surplus tipis neraca perdagangan belum terlalu kuat, ditambanh kian minimnya katalis dari penerapan dan realisasi tax amnesty, sehingga membuat pergerakan rupiah terbatas.

“Ditambah dengan keadaan global, khususnya dari BoE (Bank of England) yang akhirnya tetap mempertahankan tingkat suku bunganya. Kondisi itu membuat rupiah kian tertekan,” jelas Reza dalam keterangan yang diterima, Minggu (17/7).

Apalagi mata uang lain, imbuhnya, yakni yen juga mengalami pelemahan seiring ekspektasi stimulus Bank of Japan (BoJ), turut menghambat penguatan rupiah terhadap mata uang AS (USD).

Memang di awal pekan kemarin, kata Reza, laju rupiah bergerak menguat seiring mulai meredanya sentimen dari British Exig (Brexit). Selain itu, rilis tingkat pengangguran AS di bulan Juni lalu naik menjadi 4,9% (vs 4,7%) month on month.

Angka ini, sebut Reza, lebih tinggi di saat upah rata-rata justru menurun. Hal itu sempat membuat laju USD bergerak melemah terhadap mata uang dunia lainnya. Angka itu sempat membuat rupiah juga menguat.

“Namun kemudian, laju rupiah mulai bergerak melemah terbatas, meski USD Indeks juga ditutup melemah tipis pada perdagangan sebelumnya,” ujar Reza.

Apalagi, dari dalam negeri masih minim sentimen, sehingga kenaikan sebelumnya dimanfaatkan untuk melakukan aksi jual (profit taking).

Meski begitu, pihaknya berharap masih akan ada sentimen baik dari global maupun dari dalam negeri yang dapat lebih positif. Sehingga akan dapat membantu rupiah untuk tetap berada di zona hijaunya.

“Kami proyeksikan pekan depan, laju rupiah akan dapat mendekati target area resisten Rp13.065. Atau di angka kurs tengah Bank Indonesia di rentang Rp13.155-13.058,” jelas dia.

Dengan begitu, pasca sentimen Brexit mereda, kini pelaku pasar kembali berharap pada realita dalam negeri. Terutama terkait realisasi dan penerapan aturan-aturan dan program-program pemerintah untuk membantuk pemulihan ekonomi dalam negeri.

 

Laporan: Bustomi

Artikel ini ditulis oleh: