Pengrajin menyelesaikan pembuatan kacamata dari limbah kayu industri mebel sebelum dijual ke Jakarta dengan harga Rp415.000 - Rp580.000 per buah di Kebonsari, Malang, Jawa Timur, Rabu (11/5). Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) mencatat, Unit Usaha Kecil Menengah (UMKM) termasuk di dalamnya industri kreatif berkontribusi terhadap investasi nasional hingga mencapai 50 persen per tahun dan mampu menyerap angkatan kerja mencapai 97 persen dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) rata-rata diatas 50 persen. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/foc/16.

Semarang, Aktual.com — Kementerian Perindustrian atau Kemenperin mendorong pelaku Industri Kecil dan Menengah atau IKM memanfaatkan program e-smart dalam meningkatkan pasar IKM.

Terlebih, program ini bertujuan memberikan peluang IKM memanfaatkan internet marketing, meningkatkan kemampuan IKM dalam mengakses bahan baku, teknologi dan permodalan.

“Melalui e-smart kami berharap para pelaku usaha yang tergabung dalam program ini dapat membantu kami dalam memetakan kebutuhan IKM dan memperluas akses IKM pada pemanfaatan teknologi digital khususnya pemasaran online melalui market place yang ada,“ kata Sudarto selaku Direktur IKM Pangan Barang dari Kayu dan Furnitur atau PBKF Kemenperin usai membuka workshop e-smart bagi pelaku IKM di Semarang, Kamis (10/8).

Workshop e-smart, lanjut dia, merupakan tindaklanjut dari program e-smart IKM Kemenperin yang telah dilaunching 27 Januari 2017. Dan kegiatan workshop IKM untuk komoditasi Pangan, Barang dari Kayu dan Furnitur atau PBKF akan digelar di beberapa lokasi seperti Bandung, Solo, Purbalingga dan Sidoarjo.

Dalam workshop ini, kata Sudarto, Ditjen IKM Kemenperin akan menyosialisasikan kebijakan pembinaan IKM yang meliputi fasilitas penguatan SDM, program restrukturisasi peralatan, pendampingan dan sertifikasi dan peningkatan kualitas produk. Ditambah peningkatan kualitas produk, standarisasi produk, dan pengembangan pasar.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu