Jakarta, aktual.com – Pelantikan Pengurus Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Mutabarroh an-Nahdliyah (JATMAN) Idaroh Wustho DKI Jakarta periode 2024-2029. Acara ini tak hanya menandai awal kepemimpinan baru, namun juga menjadi ajang diskusi penting tentang peran strategis Ahli Thoriqoh Shufiyah dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Acara ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dalam dunia Thoriqoh, Mursyid Am Thariqah Shidiqiyah Darqawiyah Syadziliyah dari Maroko, Syekh Dr. Abdul Mun’iem Al Ghumari, Ketua PWNU DKI Jakarta, Dr. KH Syamsul Ma’arif MA, Drs. KH Muhammad Yunus Abdul Hamid, Rais Majelis Ifta Jatman DKI.
Dalam sesi diskusi tematik yang digelar bersamaan dengan pelantikan, Mudir Jatman DKI Jakarta, Ustad Irawan Santoso, menyampaikan pandangan mendalam mengenai hubungan erat antara kejayaan Islam dan tasawuf. Menurutnya, kejayaan umat Islam sepanjang sejarah tak terlepas dari peran aktif sufisme. Ia menegaskan bahwa keruntuhan Islam di era modern seiring dengan memudarnya pengaruh sufisme.
“Kalau hari ini kita ingin menang, artinya Islam kembali merasakan kejayaan secara komunal, maka tentu kita harus kembali kepada tasawuf, kembali kepada sufi, kembali kepada bilik-bilik tarekat sebagaimana yang dulu dijalankan para pendahulu kita,” ungkap Ustad Irawan.
Ia juga menyoroti bagaimana peran ahli Thoriqoh dalam sejarah Nusantara sering kali terabaikan dalam kurikulum pendidikan. Ustad Irawan menegaskan bahwa tokoh-tokoh penting seperti Sultan Agung, Sultan Aceh Darussalam, Cut Mutia, dan Panglima Polim adalah pengamal Thoriqoh yang berperan signifikan dalam perjuangan kemerdekaan.
“Dalam sejarah di Nusantara, itulah yang dihilangkan dalam kurikulum pelajaran sejarah mulai dari SD sampai perguruan tinggi, sehingga seolah-olah peranan para sufi ini dikucilkan padahal fakta sejarah berbicara lain. Semua itu bisa kita lihat dari siapa Sultan Agung, siapa Sultan Aceh Darussalam, siapa Cut Mutia, siapa Panglima Polim—mereka adalah ahli-ahli Thoriqoh,” tegasnya.
Ia juga menyoroti perang besar yang dipimpin oleh ahli Thoriqoh, seperti Perang Diponegoro (1825-1830) dan Perang Aceh (Perang Sabil) yang merepotkan penjajah Hindia Belanda.
“Siapa Pangeran Diponegoro? Beliau adalah pengamal Thoriqoh Shufiyah pada saat itu. Di Sumatera, pada masa yang sama, meletus Perang Aceh (Perang Sabil). Itulah yang membuat Hindia Belanda kerepotan,” lanjutnya.
Pelantikan ini diharapkan tidak hanya menjadi momentum untuk memperkuat kepemimpinan Jatman DKI Jakarta, tetapi juga sebagai titik tolak kebangkitan spiritual umat Islam di Indonesia dengan kembali mengedepankan nilai-nilai tasawuf dalam kehidupan sehari-hari.
SUSUNAN PENGURUS IDAROH WUSTHO
JATMAN DKI JAKARTA 2024 -2029
I. MAJLIS IFTA (Fatwa)
Ketua: Syeikh Drs. KH. Muhammad Yunus Abdul Hamid
II. IFADLIYYAH
(PENGARAH DAN PENGAWAS)
Ro`is: KH. Muhammad Danial Nafis, SE, MSi.
(PENCATAT; PENGOLAH PROGRAM)
Katib H. Fery Rahmawan Asma, Lc, MA
III. IMDLO’IYYAH (EKSEKUTIF PELAKSANA)
MUDIR: Irawan Santoso Shiddiq. S.H.
SEKRETARISH: M. Kholis Royyan
AMINSUSHUNDUQH: Ubayt Kurniawan. ST, MAB
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain