Jakarta, Aktual.com – Pelatih timnas Indonesia U-17 Bima Sakti memaparkan penyebab kegagalan adu tanding dengan timnas muda Jerman selama pemusatan latihan sekitar lima pekan di Negeri Panzer untuk persiapan Piala Dunia U-17 2023, 10 November sampai 2 Desember.
Bima mengatakan penyebab kegagalan itu adalah karena ia mendapatkan saran dari Frank Wormuth. Konsultan pelatih timnas U-17 itu menilai Iqbal Gwijangge dan kawan-kawan lebih tepat melawan sejumlah klub daripada tim nasional.
“Ya, ini ada banyak masukan terutama dari coach Frank ke kita. Coach Frank ada pertimbangan lain, kami menerima, oke, memang benar masukan dia kami pahami dan mengerti,” ucap Bima seusai memimpin latihan timnas U-17 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Senin.
Sebelum berangkat ke Jerman, Garuda Muda semula direncanakan bakal melakoni partai uji coba melawan klub lokal dan beberapa tim nasional.
Namun pada akhirnya, selama di Jerman timnas U-17 hanya melawan klub lokal seperti TSV Meerbusch U-17, SC Paderborn Youth (U-17 dan U-19), VFL Osnabruck U-19, Eintracht Frankfurt U-19, FSV Mainz 05 U-19, SV Meppen U-17, dan FC Koln U-17.
Dari tujuh pertandingan itu, timnas U-17 mengamankan dua kali kemenangan, satu kali imbang, dan empat kali kekalahan.
Menurut Bima, uji coba melawan tujuh klub itu sudah cukup untuk mematangkan persiapan timnas U-17 di Piala Dunia U-17 karena lawan-lawan yang dipilih sudah menggambarkan peta kekuatan tim yang akan dihadapi di kejuaraan dunia yang diikuti pesepak bola muda tersebut.
“Makanya kami tidak ambil uji coba lawan tim-tim nasional. Sebab, kami sudah bertanding dengan desain lawan-lawan kita nanti di Piala Dunia seperti lawan Frankfurt bagaimana mereka pressing terus, coach Frank sudah kenal dengan pelatih lawan uji coba kami,” ucap pelatih 46 tahun itu.
Timnas U-17 masih akan menjalani satu partai uji coba terakhir yaitu melawan klub lokal di Surabaya setelah baru saja mengalahkan klub Rusia FC Torpedo Moskow dengan skor 4-0 pada laga uji coba tertutup, Minggu (29/10).
Artikel ini ditulis oleh:
Sandi Setyawan