Jakarta, Aktual.com — Pelayanan katering untuk makan siang jemaah Haji di Mekah diawasi ketat oleh Kementerian Agama sebagai Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) agar kualitas layanan dan mutu makanan sesuai harapan serta didistribusikan tepat waktu.
“Kami ingin makanan sudah diantar sebelum jemaah berangkat salat zuhur,” kata Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri, Kementerian Agama (Kemenag), Sri Ilham Lubis, di Mekah, Senin (24/8).
Tahun ini Kemenag sebagai Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) melakukan terobosan dengan memberi “bonus” makan siang sebanyak 15 kali selama jemaah berada di Makkah tanpa mengurangi biaya hidup (living cost) 1.500 riyal yang diberikan kepada jemaah.
Untuk memastikan kualitas makanan tersebut, semalam Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Bintang didampingi Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Mekah Arsyad Hidayat bertemu dengan pengusaha katering dan pemilik pemondokan (hotel) untuk koordinasi layanan makan siang kepada jemaah.
“Penyedia katering perlu berkoordinasi dengan pemilik pemondokan untuk menempatkan ‘heater’ (pemanas) makanan di hotel,” kata Sri.
Pihaknya dalam kontrak menetapkan antara lain, bahwa makanan tetap hangat dan sudah bisa diterima jamaah antara pukul 9-11 waktu Arab Saudi agar bisa dikonsumsi sebelum mereka salat zuhur.
“Makanan harus dijamin tidak basi dan layak dikonsumsi, serta sesuai jenis makanan dengan rasanya,” ujar Sri yang sempat mencicipi kualitas makanan para penyedia katering pada pertemuan tersebut.
Hampir semua penyedia katering hadir dengan membawa contoh makanan yang akan mereka pasok untuk makan siang maupun makanan selama proses haji di Arafah.
Ketika melakukan tes makanan tersebut, Sri mengatakan masih ada penyedia katering yang membuat rendang tidak sesuai rasanya.
“Katanya rendang, tapi rasanya tidak jelas apakah rendang atau semur,” ujarnya.
Oleh karena itulah pada pertemuan tersebut, PPIH memberikan masukan kepada perusahaan katering tentang kualitas dan rasa masakan agar sesuai dengan selera jemaah Indonesia.
Ketentuan rasa masakan sesuai lidah orang Indonesia itulah yang mendorong semua perusahaan katering memiliki juru masak dari Indonesia, seperti Muassasah Al Hussam yang memiliki juru masak lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.
Untuk mengawasi katering, Kadaker Mekah, Arsyad Hidayat mengatakan pihaknya mengerahkan 7-9 orang yang terdiri dari ahli gizi dan juru masak.
“Ini untuk pertama kalinya di Makkah, jamaah diberi makan siang,” kata Arsyad yang mengaku deg-degan dengan tugas baru itu.
Menanggapi sampah bekas makan siang di pemondokan, Sri Ilham Lubis mengatakan masalah kebersihan pemondokan, termasuk sampah, menjadi tugas pemilik pemondokan.
Ia mengatakan para pemilik pemondokan dan pengusaha katering pada pertemuan semalam menyatakan komitmennya untuk memenuhi standar dan kebijakan pemerintah Indonesia dalam melayani jamaah haji Indonesia.
“Tidak ada yang keberatan, bahkan menyatakan kesanggupan. Bila ada yang melanggar kontrak akan dikenakan sanksi sesuai tingkat kesalahannya,” ujar Sri.
Artikel ini ditulis oleh: