Jakarta, Aktual.co — Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) hingga di atas level Rp13.000 diperkirakan akan berlangsung hingga beberapa bulan ke depan. Hal itu disampaikan oleh pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih.
Menurut Lana, pada bulan Juni permintaan Dolar AS akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh persiapan yang dilakukan perusahaan dalam menyiapkan bahan baku untuk Hari Raya Lebaran. “Puasa itu mulai sekitar Juni, biasanya tiga bulan sebelumnya perusahaan sudah antisipasi permintaan Dolar AS akan lebih tinggi,” ujar Lana saat dihubungi Aktual.co, Senin (9/3).
Lebih lanjut dikatakan Lana, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) seharusnya berkoordinasi untuk membuat nilai tukar Rupiah bergerak lebih stabil. “Stabil itu bukan berarti tidak bergerak, tapi perbedaannya itu tidak terlalu besar.”
Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo meminta masyarakat untuk tenang menghadapi gejolak nilai tukar Rupiah saat ini. Pasalnya, data makro ekonomi Indonesia masih membaik.
“Dari Desember hingga saat ini, aliran dana masuk Rp57 triliun, periode yang sama tahun sebelumnya itu hanya Rp30 triliun. Jadi ngga mungkin dana asing masuk kalau negara ngga membaik, kurs bergejolak ngga perlu khawatir, prospek baik, dan kepercayaan negara ini dari investor baik,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Bloomberg Dollar Index mencatat kurs Rupiah siang tadi mencapai Rp13.057 per Dolar AS. Sedangkan pada pagi tadi, Rupiah mencapai Rp13.035 per Dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh: