Washington, aktual.com – Pada Senin malam, Nancy Pelosi mulai menulis salah satu pidato paling penting dalam karier politiknya yang panjang, tentang keputusannya untuk membuka penyelidikan pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump. Lalu dia meninggalkannya di pesawat.
“Dia menulis rancangan pertama pidatonya yang akan dia sampaikan pada Selasa, lalu meninggalkannya,” kata sumber yang mengetahui kejadiannya, dikutip Reuters, Kamis (26/9).
Tetapi tidak semuanya hilang. “Setidaknya dia sudah mengaturnya di kepalanya,” kata sumber itu.
Saat mengumumkan dimulainya penyelidikan pemakzulan secara formal, Pelosi membalikkan perlawanan berbulan-bulan terhadap kaum liberal di dalam partainya karena potensi dampaknya terhadap para kandidat Demokrat dalam pemilu 2020.
Ketika laporan muncul minggu lalu bahwa Trump telah menekan presiden Ukraina untuk menyelidiki putra Joe Biden, kandidat presiden utama dari Partai Demokrat dalam pemilihan itu, pertanyaan Pelosi sepanjang akhir pekan lalu adalah apakah tuduhan itu menjamin perubahan dramatis.
Sementara dia memikirkan berbagai hal, Pelosi bergerak. Dia tidak pulang ke California, tetapi berbicara di pemakaman wartawan NPR Cokie Roberts pada Sabtu di Washington, lalu terbang ke South Carolina pada Minggu, kembali ke Washington pada Minggu malam dan melakukan perjalanan singkat ke New York pada Senin.
Pelosi berbicara melalui telepon konferensi pada Senin dengan tujuh anggota baru dari DPR yang akan mengunggah opini di Washington Post mengatakan bahwa tuduhan terhadap Trump, jika benar, merupakan pelanggaran yang dapat mengarah pemakzulan.
Kelompok itu memberi peringatan kepada Pelosi bahwa mereka akan mengunggah opini tersebut malam itu. Pelosi memuji mereka karena menjadikan keamanan nasional sebagai bagian utama dari argumen mereka.
“Semua orang marah dengan perkembangan ini dan menjadi sangat jelas bahwa konsensusnya adalah, kita harus melanjutkan ini,” kata sumber itu.
Ketika dia membuat pengumuman, Pelosi berdiri di depan deretan bendera AS di kantornya, mengatakan tindakan Trump merusak keamanan nasional dan melanggar Konstitusi AS.
“Presiden harus bertanggung jawab. Tidak ada yang kebal hukum,” kata Pelosi.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin