PLTMH
PLTMH

Jambi, Aktual.com – Yanti Aprida, seorang ibu rumah tangga di Dusun Senamat Ulu, Kecamatan Bathin III Ulu, Kabupaten Bungo, Jambi, tidak lagi merasa khawatir tentang pasokan energi listrik. Selama satu dekade terakhir, dia dan ratusan kepala keluarga di dusun tersebut tidak pernah lagi meratapi kegelapan, karena mereka telah memiliki sumber energi listrik sendiri.

Mengandalkan aliran air dari sungai Batang Senamat, sebuah turbin pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) digunakan untuk menghasilkan listrik, yang kemudian dialirkan ke ratusan rumah. Dengan adanya PLTMH ini, semua rumah di dusun tersebut, yang merupakan sebutan untuk desa di wilayah terpencil Jambi, kini dapat menikmati aliran listrik dari pembangkit ramah lingkungan dengan kapasitas 30.000 watt.

“Dusun kami kini tidak pernah lagi merasakan kegelapan,” ungkap Yanti kepada wartawan pada Kamis (27/7/2023).

Pembangunan PLTMH dimulai pada akhir tahun 2013 dan sekarang telah mencapai tingkat kestabilan yang memuaskan. Meskipun beroperasi hanya pada malam hari, dari pukul 18.00 hingga 06.00 WIB, listrik tersebut sangat membantu warga. PLTMH mampu menyediakan listrik bagi 345 rumah warga yang tersebar di empat kampung di Senamat Ulu.

Setiap rumah menerima daya sebesar 200 watt. Dengan daya listrik tersebut, mereka dapat menggunakan lima bohlam lampu rumah dan satu perangkat televisi. Meskipun begitu, warga di dusun ini merasa bersyukur karena sebelum ada jaringan PLTMH, tanah kelahiran mereka selalu gelap gulita.

PLTMH beroperasi hanya pada malam hari, namun pada hari Jumat dan Minggu, pihak pengelola mengoperasikannya selama 24 jam penuh. Hal ini dikarenakan pada dua hari tersebut, aktivitas masyarakat di dusun sangat padat.

“Kalau hari-hari biasa, banyak masyarakat yang pergi ke kebun, sehingga mereka tidak begitu membutuhkan listrik di siang hari. Oleh karena itu, hanya pada hari Jumat dan Minggu listrik hidup selama 24 jam,” jelas Yanti.

Setelah adanya jaringan PLTMH, listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) juga tersedia di dusun mereka. Namun, listrik dari PLN ini hanya menjadi opsi bagi warga, mengingat jaringan listrik negara tersebut sering tidak stabil.

“Di dusun ini, hanya sebagian warga yang menggunakan listrik PLN. Mayoritas warga menggunakan listrik dari PLTMH,” tambah Yanti.

Kehadiran listrik dari PLTMH membuat pasokan listrik di Senamat Ulu menjadi lebih stabil ketika listrik PLN padam. Dusun yang berada di ujung kabupaten ini sering mengalami gangguan pasokan listrik dari PLN yang mayoritas bersumber dari energi fosil.

“Listrik PLN sering mati di sini, tetapi untungnya kami masih memiliki cadangan listrik dari PLTMH. Jadi, kami tidak perlu khawatir jika listrik padam di malam hari,” ucap Yanti.

Yanti juga bercerita tentang kejadian suatu malam, di mana ada rumah warga yang menggelar hajatan namun tiba-tiba listrik PLN padam. Namun, mereka tidak khawatir karena rumah tersebut memiliki penerangan dari listrik PLTMH.

Untuk biaya penggunaan PLTMH, warga hanya dikenakan iuran bulanan sebesar Rp50.000 per rumah. Warga yang tidak mampu tidak diwajibkan membayar iuran tersebut. Fasilitas umum dan sosial seperti masjid, kantor desa, dan sekolah mendapatkan akses listrik PLTMH secara gratis tanpa iuran.

Iuran bulanan dari warga masuk ke Badan Usaha Milik Dusun (BUMDus) Senamat Ulu, yang bertanggung jawab mengelola PLTMH. Biaya yang dikeluarkan warga untuk listrik PLTMH jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya listrik PLN yang mencapai sekitar Rp200.000 per bulan, belum termasuk biaya sambungan baru yang memerlukan pengeluaran tambahan.

“Jika dipikirkan, lebih baik menggunakan listrik PLTMH karena biayanya lebih murah. Listrik PLN tidak digunakan begitu banyak karena sering mati,” ungkap Yanti.

Saat ini, pengelolaan PLTMH telah ditangani oleh BUMDus. Lembaga ini mengurus segala hal terkait PLTMH, mulai dari instalasi, pelanggan, iuran, hingga penanganan sampah. Setiap hari, penjaga PLTMH selalu siap untuk memeriksa kondisi aliran air menuju turbin PLTMH dan membersihkan sampah di sungai. Sampah tersebut dapat mengganggu aliran air dan menyebabkan turbin PLTMH tersendat jika tidak segera ditangani.

“Listrik PLTMH stabil dan tidak pernah mati-mati. Sejak tahun 2014 hingga sekarang, PLTMH ini masih beroperasi dengan baik. Semua ini berkat upaya kami dalam menjaga hutan dan sungai,” tutur Yanti dengan bangga.

 

  • (Sumber media – Liputan6.com)

Artikel ini ditulis oleh:

Ilyus Alfarizi