Jakarta, Aktual.com – ​​​​​​Pemanfaatan gas rawa di wilayah Jawa Tengah diharapkan mampu dikembangkan sebagai sumber energi alternatif baru sekaligus mewujudkan kemandirian energi bagi masyarakat sekitar.

“Gas rawa saat ini telah dikembangkan di Jawa Tengah sebagai salah satu sumber energi alternatif. Gas rawa ini juga ramah lingkungan dan dapat digunakan untuk menggantikan LPG,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (12/7).

Gas rawa atau biogenic shallow gas merupakan gas di lapisan batuan dangkal, yang terbentuk dari bakteri metagonik di lingkungan rawa yang anaerobik.

Aplikasi gas rawa di sejumlah titik di Provinsi Jawa Tengah, sambung Agung, diharapkan mendorong pembangunan ekonomi masyarakat setempat.

“Pengembangan gas rawa ini juga menjadi bagian dari diversifikasi energi, mendorong ketahanan energi nasional,” tegas Agung.

Pada 2020, Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah membangun instalasi gas rawa di Desa Bantar, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, untuk 25 kepala keluarga.

Kemudian, pada 2021, pemanfaatan diperluas menjadi 100 kepala keluarga dengan instalasi terjauh sepanjang 600 meter.

Menurut Agung, penggunaan gas rawa ini bisa menghemat hingga 72 persen biaya LPG. Biasanya, setiap bulan masyarakat menggunakan tiga tabung LPG seharga Rp23 ribu per tabung, namun sekarang tidak perlu membayar untuk LPG lagi.

Kebutuhan pemeliharaan alat instalasi gas rawa didapatkan dari sumbangan masyarakat yang menggunakan gas rawa tersebut. Dengan cukup membayar Rp20 ribu per bulan, masyarakat bisa menggunakan gas tersebut untuk kebutuhan sehari-hari maupun industri rumahan.

Selain masyarakat Desa Bantar, Pemerintah Desa Bantar juga membantu melalui dana desa yang menambah tiga tabung separator. Tabung ini dapat digunakan untuk menjaga kestabilan gas dan pembagian yang merata untuk klaster penggunanya.

Pada 29 Juni 2022, Institute for Essential Services Reform (IESR) bersama Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah dalam acara “Jelajah Energi Jawa Tengah” mengunjungi berbagai lokasi yang memanfaatkan energi terbarukan.

Salah satunya desa yang dikunjungi adalah Desa Bantar, yang memanfaatkan gas rawa untuk mendukung kemandirian energi desa. Kegiatan ini mendukung program transisi energi Indonesia sekaligus memetakan potensi dan inovasi berbasis komunitas yang muncul.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
As'ad Syamsul Abidin