Peshawar, Aktual.com – Kejadian mengerikan menimpa sebuah rangkaian kereta api sarat penumpang di Pakistan. Sekelompok pemberontak di negara itu merangsek masuk dan membajak seluruh kereta selama sekitar 24 jam.
Setelah negosiasi yang gagal, akhirnya pertempuran meletus antara pasukan pemerintah yang mencoba membebaskan para sandera melawan kelompok bersenjata lengkap. Akibatnya, setidaknya 33 pelaku penyanderaan yang ditembak mati, sedangkan 27 sandera dan empat tentara pemerintah tewas. Namun sekitar 400 penumpang berhasil diselamatkan.
”Hari ini kami membebaskan sejumlah besar orang, termasuk wanita dan anak-anak. Operasi terakhir dilakukan dengan sangat hati-hati,” kata juru bicara militer Ahmed Sharif Chaudhry, dikutip dari Reuters, Kamis (13/3).
Dilansir dari NBC News, kereta api penumpang berisi Sembilan rangkaian gerbong itu, yakni kereta Jaffar Express melakukan perjalanan dari Kota Quetta, ibukota provinsi Balochistan, menuju Kota Peshawar, ibukota provinsi Khyber Pakhtunkhwa dengan mengangkut lebih dari 400 penumpang, pada hari Selasa (11/3) waktu setempat. Dari 400-an penumpang di dalam kereta itu, sebanyak 214 tentara dan personel keamanan pemerintah berada di dalam kereta tersebut.
Namun ketika kereta melintasi Provinsi Balochistan di barat daya negara itu, persisnya ketika melewati terowongan di dekat kota Sibi, sekitar 160 km dari Quetta. Tentara Pembebasan Balochistan (BLA), sebuah kelompok separatis yang ingin memisahkan diri dari Pakistan, meledakkan rel kereta api dan meluncurkan roket ke Jaffar Express.
Akibatnya kereta berhenti, kemudian dengan bersenjatakan roket, granat dan senjata api,
para pemberontak BLA bergegas naik dan langsung menguasai kereta. Selanjutnya para penyerang mulai menyandera penumpang, menurut pejabat keamanan, yang menambahkan bahwa para militan memisahkan personel penegak hukum dari yang lain sebelum mereka membawa mereka ke pegunungan dalam kelompok-kelompok kecil.
Setelah menguasai kereta selama sekitar 20 jam, akhirnya ratusan pasukan pemerintah menyerbu para pemberontak pada Rabu (12/3) sehingga kontak senjata tidak dapat dihindari. Operasi penyelamatan dilakukan dengan sangat hati-hati, kata para pejabat, karena para sandera dikelilingi oleh militan yang mengenakan rompi berisi bahan peledak.
”Mereka menggunakan para sandera ini sebagai tameng manusia,” kata seorang pejabat keamanan senior, yang menolak disebutkan namanya karena ia tidak berwenang berbicara kepada media berita, kepada NBC News.
Sedangkan salah seorang penumpang bernama Muhammad Ashraf, 75, menceritakan detik-detik penyanderaan itu. Sesaat sebelum kejadian, ia mengaku mendengar sebuah ledakan keras di daerah pegunungan hingga mengguncang semua gerbong. ”Kami tiarap di lantai begitu tembakan berat dimulai. Tak lama kemudian, orang-orang bersenjata memasuki kereta dan memeriksa identitas kami,” tuturnya.
Seorang wanita yang diselamatkan menggambarkan kekacauan yang terjadi setelah serangan itu. Ia melarikan diri dari tembakan dan berjalan kaki selama dua jam untuk mencapai tempat yang aman. Korban selamat Arslan Yousaf mengingat momen mengerikan saat pembajakan dimulai. ”Begitu ledakan terjadi, orang-orang bersenjata menyerbu kereta. Mereka membawa peluncur, senapan, dan senjata lainnya, dan mereka langsung mulai menembaki orang-orang,” ungkapnya.
Ketua Menteri Balochistan, Sarfraz Bugti mengatakan, pasukan keamanan militer telah membunuh semua pemberontak yang terlibat. Dikutip dari Aljazeera, setidaknya, ada 33 pelaku penyanderaan yang ditembak mati. Sementara, 27 sandera dan empat tentara para militer pemerintah tewas dalam operasi pembebasan itu. Dalam peristiwa ini, BLA mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap kereta api Jaffar Express.
Menteri Dalam Negeri Talal Chaudhry mengatakan kepada stasiun televisi Geo, kelompok BLA mengenakan rompi bunuh diri ketika mereka duduk di antara para penumpang yang disandera, sehingga menyulitkan upaya penyelamatan. Talal Chaudhry juga mengatakan pihaknya mengerahkan pasukan angkatan udara dan pasukan khusus untuk mengatasi para penyerang. Pada tahap akhir operasi, pasukan khusus melumpuhkan para pelaku bom bunuh diri sebelum bergerak dari satu gerbong ke gerbong lainnya untuk membunuh sisa anggota kelompok BLA.
Perdana Menteri Shehbaz Sharif mengutuk apa yang disebutnya sebagai serangan pengecut. ”Menargetkan penumpang yang tidak bersalah selama bulan Ramadhan yang damai dan penuh berkah jelas mencerminkan bahwa para teroris ini tidak memiliki hubungan dengan Islam, Pakistan, atau Balochistan. Perang melawan terorisme akan terus berlanjut hingga ancaman ini benar-benar diberantas dari negara ini,” tegas Perdana Menteri Shehbaz Sharif.
Militer Pakistan dalam pernyataannya mengatakan ”setelah operasi yang panjang, intens dan berani, pasukan keamanan berhasil melenyapkan seluruh teroris sebanyak 33 orang teroris, termasuk pelaku bom bunuh diri, sambil menyelamatkan para sandera secara bertahap.” Militer Pakistan juga mengatakan pihaknya berhasil menyelamatkan 346 sandera.
Untuk diketahui, Tentara Pembebasan Baloch (BLA), adalah kelompok etnis bersenjata yang telah melancarkan pemberontakan selama bertahun-tahun terhadap pemerintah Pakistan. Kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka mengupayakan pembebasan tahanan politik Baloch, aktivis, dan lainnya dalam waktu 48 jam, sambil mengancam akan mengeksekusi sandera jika pemerintah tidak mematuhinya.
BLA sebelumnya menyatakan bahwa tidak ada satupun pejuangnya yang terbunuh dan mengklaim bahwa para sandera belum dibebaskan tetapi telah ”membebaskan semua wanita, anak-anak, orang sakit, dan warga sipil Baloch.”
BLA sendiri memperjuangkan kemerdekaan bagi Provinsi Balochistan, sebuah provinsi kaya sumber daya yang berbatasan dengan Afghanistan dan Iran , serta etnis minoritas Baloch. ”Alasan utama mengapa konflik ini terus berlanjut setelah puluhan tahun adalah karena lembaga tersebut anti demokrasi, aktivitas yang didukung AS di negara tetangga Afghanistan telah memicu ketidakstabilan, dan terorisme di Pakistan merajalela,” kata Rizwan Ullah Kobab, ketua departemen sejarah di Government College University di Faisalabad, Pakistan.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain