Foto aerial suasana penggusuran kawasan permukiman Pasar Ikan Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, Jakarta, Senin (11/4). Penggusuran permukiman di kawasan Museum Bahari tersebut terkait rencana Revitalisasi Kawasan Wisata Bahari, Pasar Ikan, dan Sunda Kelapa Penjaringan, Jakarta Utara oleh Pemprov DKI Jakarta. ANTARA FOTO/Andika Wahyu/kye/16.

Jakarta, Aktual.com – Rencana Pemprop DKI Jakarta untuk menertibkan wilayah di sekitar pesisir Sunda Kelapa nampaknya menjadi pertanyaan warga. Sebab, rencana Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang ingin membangun jalan inspeksi di atas tanggul laut sekitar Kampung Luar Batang, disinyalir hanya akan memberikan keuntungan bagi pengembang yang memiliki investasi di sekitaran kampung.

Terlebih, kecurigaan warga menjadi kuat dengan adanya sebuah jalan buntu yang berada di balik Rt 5/3, Penjaringan, Jakarta Utara. Dimana, jalan buntu tersebut tepat di samping tanggul laut, yang bila dilihat dari Menara Masjid Keramat Luar Batang, jalan itu menjadi akses bagi para penghuni di kawasan apartemen di sebelah Utara Masjid Keramat.

Sebab itulah, bilamana Ahok ingin membangun jalan inspeksi di atas tanggul laut dengan cara menggusur warga Luar Batang di wilayah Rw 1, 2 dan 3 maka jelas, Ahok ingin membangun jalan tembus dari apartment Pluit Sea View (PSV) menuju apartment lainnya, Mitra Bahari.

“Itulah kecurigaan saya. Jadi kita perkirakan tanah ini mau diambil mau dilurusin ke Mitra Bahari,” ungkap salah seorang warga Rt 5/3, Nurdin kepada Aktual.com, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (13/4).

Nurdin menuturkan, kalau di belakang rumahnya, selain jalan buntu tersebut, ada juga sebuah taman milik PT Pluit Sakti Kharisma yang di dalamnya terdapat bermacam-macam unggas.

“Ini (rumah saya) dulu mau dibeli sama PT Pluit Sakti Kharisma,” tambah dia sambil menunjukan bekas rumah tetangganya yang telah lebih dulu pergi usai dibebaskan lahannya.

“Jadi, sekarang ini pengembang gak mau cincay sama kita, mereka pakai aparat buat usir kita,” ujarnya.

Lanjut Nurdin, keberdaan dua pengembang tersebut, telah menghilangkan lebih dari setengah warga Rt 5.

“Pasti ini mau dibikin kaya Pantai Mutiara. Itu makanya ini mau diambil, di sini strategis, deket laut orang bisa nali kapal pesiarnya di pinggiran situ (tanggul laut),” kata Nurdin yang juga suami dari Ketua Rt 5, Lisa.

Senada dengan Nurdin, Dewan Penasihat Sunda Kelapa Heritage, Daeng Koko menceritakan, bahwasanya, lahan PSV dan Pluit Sakti Kharisma dulunya adalah sebuah rawa yang dikenal warga sebagai Kampung Tembok Bolong.

“Saya ingat betul kalau itu dulu rawa-rawa. Jadi cuma cari-cari alesan aja Ahok mau ngusir warga Luar Batang dengan RTH atau apalah,” tutur Koko yang telah tinggal dekat Pelabuhan selama 48 tahun.

Lanjut Koko, wacana Ahok yang ingin mempercantik Masjid Luar Batang dengan membangun plaza dan parkir di Pasar Ikan dan Akuarium serta jalan inspeksi di Luar Batang, hanyalah cara Ahok untuk mendapatkan simpati dari warga yang tidak tahu keadaan Luar Batang aslinya.

“Kasihan kan warga gara-gara alesan mempercantik suruh angkat kaki. Padahal jalan buat orang yang tinggal di apartemen,” kata dia menambahkan.

Selama ini, rupanya kedua perusahaan yang bersebelahan dengan warga tersebut rajin memberikan uang bulanan kepada pengurus warga.

“Kalau Pluit Sakti Kharisma setiap bulan ngasih Rp 250 ribu. Itu sampai sekarang dah dari dulu. Kalau PSV cuma 3 atau 4 kali saya lupa. Itu satu juta perbulan,” ungkap salah satu sumber Aktual.com yang tak ingin disebutkan namanya.

Artikel ini ditulis oleh: