Jakarta, Aktual.com – Presiden Indonesia Port Watch (IPW), Syaiful Hasan mengkritisi Direktur Utama Pelabuhan Indonesia (Pelindo), II Elvyn G Masassya dalam perencanaan pembangun beberapa pelabuhan baru.
Menurut Syaiful, dasar argumentasi Elvyn dinilai lemah dan tidak relevan dengan perkembangan kemampuan perusahaan.
“Menurut saya itu cara berpikir yang keliru. Saya mau kasih data beberapa proyek Pelindo II yang mandek. Pertama perpanjangan JICT dan kedua global bond. Apa ini jalan? Kan enggak,” kata Syaiful di Jakarta, Jumat (2/10).
Tak hanya itu, kata Syaiful, sejumlah proyek pengembangan Pelindo II juga tidak realistis. Contohnya pembangunan kanal Cikarang-Bekasi-Laut dan Pelabuhan Sorong.
Syaiful memaparkan, pembangunan kanal tersebut belum dikaji secara tuntas. Apalagi ingin membangun pelabuhan Sorong dan Kijing, sementara banyak yang harus dibenahi di 12 cabang Pelindo II.
“Bangun pelabuhan Kalibaru tahap 1 saja delay 2 tahun. Apalagi konsepnya sudah melenceng. Bagaimana mau bersaing dengan Singapura? Investor dan operatornya saja dari Port of Singapore Authority (PSA),” tutur dia.
Dana global bond sampai saat ini juga tidak digunakan sementara pembayaran bunga berjalan. Sedang perpanjangan JICT, ucap Syaiful, sudah ditemukan indikasi kerugian negara puluhan milyar dan ketidakpatuhan hukum oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
“Dari analisa data yang ada, kami menduga proyeksi kenaikan pendapatan bersumber dari pencatatan keuntungan JICT, yang dianggap sudah clear. Nyatanya ini kan bermasalah,” kata dia.
Selain itu, hal yang perlu dikritisi dalam keterangan Elvyn, di antaranya mengenai waktu tunggu bongkar muat atau dwelling time.
“Pak Elvyn sebaiknya fokus menata dwelling time dan kualitas pelayanan pelabuhan. Dwelling time di JICT dan TPK koja masih diatas 3,5 hari. Itu kelas pelabuhan standar internasional dan jadi parameter. Bagaimana bisa klaim sudah 2,7 hari? Kasihan Presiden kalau begini,” tandasnya.
Laporan: Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Andy Abdul Hamid