Jakarta, Aktual.com – Berdasarkan hasil temuan Tim LSM Forum Anti Korupsi & Advokasi Pertanahan (FAKTA) saat berkunjung ke Masyarakat Karawang dan Purwakarta, banyak sekali keluhan masyarakat yang belum sepenuhnya, bahkan sama sekali belum dibayar oleh perusahaan. Hal tersebut terkait ganti rugi tanah yang dilalui Lintasan Kereta Api Cepat Jakarta Bandung. Informasi yang diperoleh dari masyarakat mencuat nama perusahaan PT “ARJ” yang merupakan anak perusahaan atau perusahaan bentukan dari PT KCIC.
Seperti diketahui, PT KCIC ini adalah Sebuah konsorsium besar dan sangat di andalkan untuk mewujudkan salah satu mimpi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mensejahterakan rakyatnya.
Kita patut bangga dan mendukung hal tersebut, namun amatlah disayangkan karena sikap manusia-manusia yang menjalankan dan memimpin perusahaan konsorsium raksasa tersebut ikut pula menyengsarakan rakyat bahkan bisa membuat rakyat jatuh miskin. Tadinya rakyat memiliki tanah perkebunan atau tanah pertanian sebagai sumber penghidupan, harus dikorbankan demi pembangunan karena undang undang mengharuskan rakyat untuk bersedia merelakan tanahnya di serahkan asalkan mendapatkan ganti untung yang pantas. Namun jangankan mendapat ganti untung yang pantas, mereka malah tak dibayar sepeserpun. Jelas ini sangat merugikan masyarakat dan yang pasti juga akan merusak nama baik Presiden Jokowi yang awalnya berniat utk mensejahterakan takyatnya.
Penasaran akan buruknya kondisi pelaksanaan pembebasan Tanah tersebut, Kami menjadi tertarik untuk mengetahui dan mendalami apa? dan siapa saja? yang terlibat dalam Konsorsium PT KCIC ini.
Lebih jauh kami mendapatkan beberapa keganjilan terutama siapa-siapa saja manusia yang ada didalam dan yang memimpin lembaga yang sangat bergengsi ini. Tersebutlah sebuah nama yang sangat populer dan merupakan pendatang baru di perusahaan tersebut. Dia adalah seorang wanita hebat bernama Puspita Angraeni.
Kami semakin tertarik mendalami siapa dia dan kok bisa wanita muda belia ini sampai bisa memimpin dan menjadi salah satu Direktur pada perusahaan besar ini.
Konon kabar nya, Puspita juga menjabat sebagai Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya (WIKA). Jelas Kami tambah penasaran mengingat WIKA ini adalah perusahaan milik negara yang sangat terkenal dan hebat di bumi pertiwi dan menggunakan uang Negara, uang Rakyat.
Siapa orang yang tidak mengenal WIKA. Timbul Pertanyaan bagi Kami, sehebat apakah sosok wanita tangguh ini bisa membagi waktu, tenaga dan pikiran dengan tugas yang begitu banyak dan berat yang di miliki WIKA sebagai seorang sekretaris perusahaan besar bisa menyambi pada perusahaan lain dan siapa pula orangnya yang berani dan bisa memberikan kepercayaan pada wanita yang satu ini.
Lebih jauh rasa ingin tahu kami menyelidiki lebih dalam dan bertanya kepada berbagai pihak yang terlibat baik di WIKA maupun di PT KCIC, Kami tambah kaget luar biasa bahwa adalah seorang PETINGGI di PT WIKA yang dalam hitungan bulan akan menjalani masa pensiun, dia seorang Pimpinan Senior di WIKA yang sudah banyak makan asam garam nya mengerjakan Proyek-Proyek Raksasa yang tentunya sangat disegani dan mampu berbuat apa saja termasuk menempatkan seorang sekretaris kesayangan nya untuk menjabat Direktur di PT KCIC. Pertanyaan besar apakah hal itu diperbolehkan? Mampukan wanita ini menjalankan tugas yang sangat Berat itu?
Ada apa gerangan kok bisa seorang Petinggi WIKA yang akan memasuki masa pensiun menempatkan orang terdekatnya menjadi sekretaris wanita pada perusahaan besar yang memiliki tanggung jawab besar terhadap nasib proyek raksasa yang menjadi kebanggaan dan nama baik Presiden Joko Widodo.
Apakah ada kaitannya kekacauan harga tanah yang tidak menentu dan pembayaran tanah rakyat yang tidak jelas dikarenakan ketidakbecusan para Pimpinan KCIC yang kebetulan ada yang rangkap jabatan mungkin terjadi karena KKN atau jangan-jangan ada hubungan spesial dari penguasa yang akan memasuki masa pensiun tersebut?
Lebih jauh akan Kami dalami dan Kami bahas secara mendalam dan Kami ungkapkan pada publik demi perbaikan kinerja dan harapan presiden dan Rakyat Indonesia khususnya Masyarakat Jakarta dan Jawa barat.
Penulis: H Anhar Nasution, Ketua Umum LSM FAKTA
Artikel ini ditulis oleh:
Eka