Jakarta, Aktual.com – Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Profesor Hermanto Siregar menilai pembentukan Holding Ultra Mikro tidak tepat. Sebab menurutnya, ketiga perseroan tersebut yakni PT BRI, PT Pegadaian, dan PT PNM memiliki karakter bisnis yang sangat berbeda.
Hal ini tak seperti holding Bank BUMN Syariah beberapa waktu lalu yang memiliki karakteristik bisnis yang sangat sama.
“Menurut saya kurang tepat karena ketiganya (BRI, Pegadaian, dan PNM) memiliki karakteristik bisnis yang sangat berbeda. Jangan disamakan dengan bank syariah, yang kurang lebih berkarakteristik bisnis yang sangat mirip,” katanya saat dihubungi, Jakarta, Senin (15/2) malam.
Selain itu, Ia juga mencontohkan Holding BUMN Perkebunan yang memiliki karakteristik mirip saja masih tidak efektif dalam meningkatkan kinerjanya. “Apalagi yang karakteristik bisnisnya berbeda-beda antara BRI, Pegadaian, dan PNM,” sambungnya.
Maka dari itu, Hermanto meminta rencana pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro harus dikaji kembali secara mendalam. Meskipun pada dasarnya holding tersebut semi-PSO, sebab PNM dan Pegadaian punya mekanisme tersendiri untuk mendapatkan sumber pendanaannya.
Di PNM misalnya, ada anak perusahaan yang bergerak di bidang investment management. Laba yang diperoleh dari bidang tersebut dan juga laba tahun berjalan menjadi sumber permodalan dan pendanaan untuk pengembangan bisnis. Penyertaan modal negara juga dapat diberikan pemerintah sehingga menjadi sumber modal.
Apabila BRI “ditugasi” mengurus ultramikro via PNM dan Pegadaian, maka hal ini akan mengurangi fokus BRI dalam segmen mikro.
“Biarkanlah BRI terus berkembang menjadi salah satu bank terbesar di ASEAN, yakni dengan berfokus dan berdayasaing sangat tinggi di segmen mikro dan mudah2an retail juga,” tuturnya.
Artikel ini ditulis oleh:
A. Hilmi