Jakarta, Aktual.co — Pengamat Politik Energi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai kebijakan Pemerintah yang mengambil langkah untuk membubarkan Pertamina Energy Trading Ltd (Petral), sebagai upaya yang cenderung lebih mengedepankan pencitraan ketimbang kepentingan membenahi tata kelola migas di Tanah Air.

“Saya melihat kalau Petral disehatkan justru lebih bermanfaat. Itu yang penting, bukannya hobi membuat lembaga baru. Namun sayangnya pembubaran Petral ini dijadikan sebagai ajang pencitraan saja,” kata Ubedilah saat berbincang dengan Aktual di Jakarta, Kamis (4/6).

Ia mengibaratkan, selayaknya rumah yang banyak tikusnya, lalu kita lebih memilih untuk pindah rumah yang tidak ada jaminannya terbebas dari wabah tikus-tikus itu.

“Padahal jika saja rumah lama itu kita bersihkan dari tikus-tikus itu, kita renovasi agar tidak lagi ada ruang untuk tikus-tikus, pasti itu akan jauh lebih bermanfaat, efektif dan efisien,” jelasnya.

Ia menambahkan, sama halnya seperti pertanyaan DPR beberapa waktu lalu menanggapi celotehan Pertamina yang mengklaim telah memperoleh penghematan USD22 juta semenjak fungsi pengadaan dilakukan oleh ISC, dimana DPR menuntut pembuktian efisiensi tersebut diwujudkan dengan murahnya harga BBM di SPBU Pertamina. Sayangnya, harapan tersebut justru direspon dengan terus merangkak naiknya harga BBM.

“Itu dia, pemerintah ini kebijakannya tidak sistemik dan holistik. Selalu cenderung lebih ke pencitraan. Jadi ketika Pertamina teriak efisien, lalu ditanya kenapa harga BBM tidak kunjung murah, mereka tidak akan bisa menjawab. Ini yang sangat disayangkan,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka