Riyadh, Aktual.com – Status Mohammed bin Salman sebagai Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi tengah terancam menyusul skandal pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Pangeran Mohammed diduga terlibat dalam skandal ini setelah muncul keterangan di berbagai media, meskipun belum terkonfirmasi dan berasal dari narasumber anonim.
Pada 18 Oktober, surat kabar Prancis Le Figaro, dengan mengutip sumber diplomatik di Paris, melaporkan bahwa Dewan Suksesi Kerajaan Arab Saudi “telah mengadakan pertemuan rahasia untuk membahas kasus Jamal Khashoggi yang tewas di Konsulat Saudi di Istanbul atas perintah MBS,” demikian seperti dikutip dari media Iran Press TV, Senin (22/10).
“Dewan Suksesi Arab Saudi, yang menunjuk Pangeran Mohammed bin Salman sebagai putra mahkota baru tahun lalu dengan melanggar aturan-aturan umum suksesi, sekarang berencana untuk menunjuk Pangeran Khalid bin Salman, Duta Besar Saudi untuk Amerika Serikat, sebagai deputi putra mahkota,” lanjut Press TV mengutip Le Figaro.
Sebagaimana diketahui, Khalid bin Salman merupakan adik kandung dari Mohammed bin Salman.
Sementara itu, salah satu sumber Arab Saudi mengatakan kepada Le Figaro bahwa Mohammed bin Salman akan meninggalkan posisinya pada tahun yang akan datang jika memang Khalid bin Salman ditunjuk untuk menggantikannya.
Menurut laporan itu, Khalid, yang populer baik di dalam maupun di luar negeri, secara bertahap akan mengambil alih saudaranya dan menggantikannya pada hari-hari kemudian.
Khalid bin Salman (28), terbang ke Riyadh pekan lalu, The New York Timesmelaporkan Senin 16 Oktober 2018. Surat kabar itu menambahkan bahwa KBS tidak akan kembali ke AS sebagai utusan Saudi. Belum jelas siapa yang akan menggantikan KBS untuk posisi Dubes Saudi untuk AS yang ditinggalkannya.
Tapi, laporan dari CBS Newsmenyatakan hal sebaliknya. Media itu melaporkan, “Kementerian Luar Negeri AS memahami bahwa KBS akan kembali mengisi posisinya sebagai Dubes Saudi untuk AS,” demikian seperti dikutip dari Newsweek.
Le Figaro mencatat bahwa Mohammed merupakan musuh besar bagi kalangan Dewan Suksesi, dengan melanggar kesepakatan di antara pangeran kelas satu dari berbagai klan keluarga kerajaan, karena instan menerima kekuasaan mengingat statusnya sebagai putra Raja Salman.
Kendati demikian, berbagai kabar itu, termasuk yang seputar Jamal Khashoggi, belum terkonfirmasi dan diumumkan secara resmi oleh pejabat berwenang.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengatakan bahwa pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi adalah sebuah “kesalahan besar” dan bagian dari operasi yang sangat tidak bertanggung jawab.
“Orang-orang yang melakukan ini melakukan ini di luar lingkup otoritas mereka,” katanya kepada jurnalis Fox News, Bret Baier pada hari Minggu 21 Oktober 2018, seperti dikutip dari CNN, Senin (22/10/2018).
“Jelas ada kesalahan besar yang dibuat, dan apa yang menambah kesalahan itu adalah upaya untuk mencoba menutupi. Itu tidak bisa diterima di pemerintahan mana pun.”
Al-Jubeir mengatakan bahwa Arab Saudi mengambil tindakan untuk menyelidiki bagaimana Khashoggi meninggal dan meminta pertanggungjawaban terhadap mereka yang terlibat.
“Kami bertekad untuk mengungkap setiap pelaku. Kami bertekad untuk mengetahui semua fakta dan kami bertekad untuk menghukum mereka yang bertanggungjawab atas pembunuhan ini,” kata al-Jubeir.
Dalam kesempatan yang sama, al-Jubeir juga mengatakan bahwa petinggi Saudi tidak mengetahui ‘operasi kriminal’ tersebut.
“Bahkan kepemimpinan senior yang memimpin dinas intelijen tidak menyadari hal ini,” kata al-Jubeir.
Ia juga mengatakan bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman tidak terkait erat dengan orang-orang yang terlibat dalam operasi itu.
Al-Jubeir juga menambahkan bahwa Arab Saudi tidak tahu apa yang terjadi pada tubuh Khashoggi dan belum mendengar rekaman audio apa pun sebagaimana diklaim ada oleh Turki dari dalam konsulat.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan