Jakarta, Aktual.com – Pengembangan batik di eramodern tidak boleh meninggalkan esensi tradisionalnya, yaitu sebagai medium penyampaian sesuatu melalui simbol-simbol, kata pemerhati batik Era Soekamto.
Selain itu, lanjut Era, masyarakat perlu memaknai batik sebagai peninggalan budaya bangsa dan harus dilestarikan. Proses pembuatannya yang rumit dan penuh filosofi juga menuntut semakin dihargainya para pembuat batik dengan canting.
“Batik bisa dijadikan sebagai pemersatu dengan mengembangkan motif-motif batik dari seluruh Indonesia. Namun masyarakat harus mengetahui apa itu batik dan mengerti arti simbol-simbol di dalamnya,” ujar Era di Jakarta, Jumat (2/10) malam.
Menurut perempuan yang menjabat sebagai Creative Director Irwan Tirta Private Collection ini, simbol-simbol dalam batik menggambarkan makna tertentu. Hal ini juga berpengaruh pada waktu pemakaian dan siapa yang mengenakan.
Ia mencontohkan motif parang pada batik Jawa, yang sengaja dibuat diagonal, yang memiliki makna bahwa pemimpin harus mencapai puncak spritualnya dan menanjak kemampuan memimpinnya.
“Motif parang ini juga menunjukkan status tertentu pada seseorang. Simbol parang dengan ukuran besar dipakai oleh keluarga keraton yang menjadi pusat pemerintahan,” kata dia, sembari menambahkan idealnya batik dengan motif parang tidak sesuai digunakan dalam pesta pernikahan.
“Oleh karena itu, jika memakai konsep ‘out of the box’ untuk mengembangkan batik, mesti disertai dengan ‘inside the box’ dalam waktu yang bersamaan. Kalau misalnya mau mengembangkan batik, harus pul memegang esensinya,” tutur dia.
Sementara terkait pengembangan batik, Era menilai hal itu harus dilakukan bersama oleh masyarakat dan pemerintah, yang menurutnya sudah memberikan perhatian serius untuk mengembangkan batik metode canting dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan program-program UKM.
Artikel ini ditulis oleh: