Jakarta, Aktual.co — Pemerintah melalui Kementerian ESDM mengakui, pernyataan yang dikatakan bahwa dengan membeli langsung minyak ke perusahaan milik Angola ,Sonangol EP akan lebih murah sebesar US$15 per barel itu hanya sekedar prediksi awal. Pasalnya negosiasi antara Pertamina yang mewakili Indonesia dan Sonangol belum selesai.

“Kita memang belum tahu secara pasti. Saya tahu kan dari hasil diskusi itu memang ibaratnya kan begini, bahwa ada potensi untuk kita bisa berhemat,” ujar Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian ESDM Saleh Abdurrahman saat dihubungi Aktual.co, Selasa (18/11).

Menurutnya, angka tersebut didapatkan melalui diskusi awal dengan pihak Sonangol. Akan tetapi untuk hasil akhir akan ditentukan dalam negosiasi antara Pertamina dan Sonangol yang saat ini masih terus berlangsung.

“Nanti fixed-nya usai pembicaraan Pertamina dengan Sonangol. Karena itu kan bukannya hanya soal jual beli minyak saja, tapi juga ada soal pembangunan kilang, lalu soal investasi Pertamina di Angola dan partnership disini,” ungkapnya.

Dengan adanya kerjasama direct seperti ini yang dibantu oleh Governance to Governance ini ternyata mampu menghasilkan hal yang baik.

“Ada potensi penghematan, ada proteksi saving dari pembelian minyak, ada soal pembangunan kilang, dia akan pasok kita. Macem-macemlah,” terang Saleh.

Ia menjelaskan, intinya yang akan dilakukan Pemerintah adalah menghubungi langsung produsen minyak tanpa melalui trader. Guna memaksimalkan sisi penghematan.

“Itu nanti jumlahnya berapa, mekanismenya berapa, tentu harus menunggu hasil diskusi antara dua BUMN tadi,” ujarnya.

Artinya yang dipublikasikan beberapa waktu lalu itu pernyataan yang belum fixed?

“Iya belum tapi kan itu pernyataan bersama, bahwa akan ada potensi penghematan hingga angka itu. Jadi sementara kita pegang dulu saja itu. Pastinya, ada di hasil diskusi kedua belah pihak bumn,” tegasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka