Pelatih Timnas Indonesia Luis Milla (tengah) berjabat tangan dengan Pelatih Timnas U-19 Indra Sjafrie (kanan) dan Pelatih Timnas U-16 Fakhri Husaini (kiri) di sela-sela konferensi pers di Kantor PSSI, Jakarta, Kamis (9/2). Dalam kesempatan itu mereka memaparkan program kerja untuk memajukan timnas Indonesia. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/kye/16

Jakarta, Aktual.com – Pemerintah melalui Kementeri Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan PSSI diharapkan dapat bersinergi untuk menggiatkan pembinaan sepak bola usia muda.

Pendapat ini dilontarkan oleh pelatih tim nasional (timnas) U-16 Indonesia, Fakhri Husaini. Menurutnya, sinergitas ini perlu dilakukan karena pembinaan saat ini masih dianggap kurang optimal.

“Kerja sama pemerintah dan PSSI harus ditingkatkan karena semua aktivitas olahraga termasuk sepak bola adalah aset. Jadi jangan jalan sendiri-sendiri,” kata Fakhri di Wisma Kemenpora, Jakarta, Selasa (23/10).

Menurut dia, salah satu hal yang bisa secepatnya diterapkan adalah kompetisi usia muda yang terstruktur, meski saat ini ada pihak swasta yang sudah melakukannya, seperti Liga Kompas maupun Liga Topskor. Untuk PSSI ada Piala Suratin sedangkan dari pemerintah ada Liga Pelajar U-16.

“Saya tidak melihat ada even lain selain kompetisi yang bisa membuat mereka (pemain muda) bisa mengembangkan bakatnya,” kata mantan pemain nasional itu.

Kompetisi Liga Nivea Men Topskor U-17 sesuai jadwal digelar di Stadion Beacukai Rawamangun, Jakarta mulai 28 Oktober 2018 hingga enam bulan ke depan. Ada 20 Sekolah Sepak Bola (SSB) se-Jabodetabek yang bakal terlibat pada kompetisi bergengsi ini.

Menurut Fakhri, kompetisi semacam ini merupakan satu-satunya jalan mudah menemukan bibit-bibit unggul pesepakbola muda Indonesia, bahkan ia menyebut jika kompetisi seperti ini banyak berlangsung, memudahkan pelatih menemukan potensi pesepakbola muda Indonesia dari penjuru daerah.

Hanya saja, pelatih berusia 53 tahun itu berharap kompetisi ini digelar sesuai dengan semua tahapan dan aturan, karena Liga Nivea Men Topskor U-17 bakal menjadi filter untuk melahirkan pemain berkualitas.

“Sebuah kompetisi harusnya di jalankan secara terintegrasi, berkelanjutan dan bersinergi. Karena, kalau hanya sekali lalu hilang, ya tidak ada artinya. Kompetisi yang berjalan dengan baik dan berkelanjutan nantinya akan bisa melahirkan pemain-pemain bola usia muda dan pasti hebat,” kata Fakhri.

Pentingnya kompetisi usia muda juga dirasakan pemain timnas U-16 Rendy Juliansyah. Menurut dia, dengan adanya kompetisi berjenjang, banyak manfaat yang akan didapat oleh pemain.

“Tahun lalu saya juga turun di Liga Topskor. Jelas sangat bermanfaat. Hasilnya saya bisa membela timnas,” katanya.

Sementara itu, Deputi Bidang Pembudayaan Kemenpora, Raden Isnanta mengaku sangat mendukung Liga Nivea Men Topskor U-17. Hanya saja, pihaknya meminta pelaksanaannya tidak hanya di Jabodetabek.

“Harapannya kompetisi (Liga Topskor) ini bisa menjangkau 34 provinsi yang ada di Indonesia,” ucapnya.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan