Jakarta, Aktual.co — Pemimpin Hongkong membuka kembali tawarannya untuk melakukan dialog dengan pemimpin pelajar, sepekan setelah pemerintah tiba-tiba membatalkan pertemuan yang bertujuan mengakhiri aksi massa selama berminggu-minggu itu.
“Selama beberapa hari terakhir, termasuk pagi ini melalui pihak ketiga, kami mengungkapkan keinginan kepada para pelajar bahwa kami ingin memulai dialog untuk membicarakan hak pilih universal secepat mungkin, mudah-mudahan dalam minggu depan,” kata Kepala Eksekutif Leung Chun-ying kepada wartawan, Kamis (16/10).
Tawaran itu dikemukakan setelah dalam dua hari terjadi bentrok antara polisi dan pengunjuk rasa, dimana kemudian beredar rekaman video yang menunjukkan gambar petugas tidak berseragam memukuli seorang pendemo yang diborgol dan terbaring di tanah di dalam taman pada Rabu dinihari.
Video tersebut menimbulkan kemarahan di kalangan pendemo yang sebelumnya menuding polisi menggunakan kekerasan berlebihan dan gagal melindungi barisan pendemo dari serangan berulang-ulang oleh kelompok pendukung pemerintah.
Leung menolak terseret dalam masalah video tersebut dan mengatakan: “Sebaiknya kita tidak mempolitisir insiden ini.” Para pengunjuk rasa menuntut Leung mundur dan Beijing membatalkan keputusan pada Agustus bahwa pengganti Leung pada 2017 harus disetujui oleh komite sebelum bertarung dalam pemilu –satu hal yang oleh pendemo disebut sebagai demokrasi palsu.
Namun tetap terlihat perkembangan apa yang akan dibuat dalam pembicaraan antara pemerintah dan pengunjuk rasa, karena Leung menegaskan bahwa Beijing tidak akan mundur dari keputusan Agustus tersebut.
“Politik adalah seni kemungkinan dan kita harus menarik garis antara kemungkinan dan ketidakmungkinan,” katanya.