Jakarta, Aktual.com — Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), Adhi Lukman meminta pemerintah tidak menelurkan kebijakan yang aneh-aneh terhadap industri makanan dan minuman (mamin).

Pasalnya, jika laju industri mamin terkoreksi, maka akan berdampak pada melonjaknya inflasi.

“Di 2015 lalu, sebelum dikenakan kebijakan cukai plastik itu, kontribusi industri mamin terhadap inflasi mencapai 6,42 persen. Itu lebih tunggu dari inflasi tahunan yang sekitar 3 persen,” tandas Adhi di Jakarta, Selasa (12/4).

Padahal industri mamin ini sangat berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 31 persen. “Padahal jika pemerintah mengandalkan industri dan terus berkontribusi ke PDB, akan lebih baik lagi. Makanya pemerintah jangan keluarkan kebijakan yang aneh-aneh,” paparnya.

Bahkan, ia juga mengakui, jika kebijakan cukai plastik tetap jadi, maka akan berpengaruh terhadap realisasi investasi. Apalagi realisasi investasi di 2015 dibandingkan yang mengurus izin di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sangat rendah.

“Itu belum ada kebijakan seperti ini (cukai plastik) sudah menurun, apalagi nanti ada kebijakan seperti ini,” terang dia.

Ia merinci realisasi investasi di tahun lalu. Menurutnya, dari izin investasi yang mendaftar ke BKPM sebanyak Rp184 triliun, ternyata realisasinya hanya sebesar Rp40 triliun.

“Setelah saya cek, ternyata banyak kebijakan yang menghambat pengucuran investasi. Tapi kalau ada kebijakann yang aneh-aneh lagi, pasti realisasinya akan lebih rendah lagi,” ujar Adhi.

Apalagi multiplier effecr di industri mamin sebesar 4.025, yang berarti setiap satu pekerjaan yang tercipta di industri minuman ringan akan menciptakan empat pekerjaan di industri lain yang terkait.

“Jadi multiplier effect nya itu cukup tinggi. Makanya kami harap pemerintah pikir-pikir lagi untuk menerapkan kebijakan cukai plastik,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan