Jakarta, Aktual.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) di depan kalangan para pelaku usaha dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mengklaim daya beli, yang selama ini disebut banyak pihak menurun dianggap salah besar.
Terlebih, presiden hanya berbekal data omset perusahaan ekspedisi yang meningkat dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang juga katanya meningkat. Angka itu dijadikan alasan Jokowi bahwa daya beli tak turun.
Namun, kondisi yang disampaikan oleh presiden itu dirasa tak sesuai seperti yang dialami banyak pelaku usaha. Justru mereka merasakan pendapatan di sektor ritel terus menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini sebagai bukti bahwa daya beli telah menurun.
“Itu yang dialami pelaku usaha ritel. Terutama untuk sektor ritel mini market. Karena kalau penjualan ritel mini market saja sudah turun, berarti daya beli masyarakat bawah sedang anjlok,” tandas Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta kepada Aktual.com, ditulis Kamis (5/10).
Bahkan dari laporan yang masuk ke Aprindo, kata dia, penurunan omset juga tak hanya dialami pelaku bisnis mini market, tapi juga hyper market. Pelemahan itu tak hanya di produk-produk non makanan, bahkan produk makanan yang menjadi kebutuhan pokok pun alami penurunan.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu