Jakarta, Aktual.co —  Pemerintah mengkaji perubahan klausul kontrak kerja sama dalam pengembangan gas metana batu bara (coal bed methane/CBM).

Direktur Hulu Migas Kementerian ESDM Naryanto Wagimin mengatakan, perubahan kontrak diperlukan untuk meningkatkan pengembangan energi alternatif tersebut.

“Sejak dikembangkan 2008, produksi CBM masih kecil, kurang dari satu MMSCFD,” katanya dalam laman resmi Ditjen Migas Kementerian ESDM di Jakarta, Kamis (23/10).

Padahal, saat ini, sudah terdapat 54 kontrak kerja sama CBM yang telah ditandatangani.

“Dari 54 kontrak itu, 20 persen di antaranya telah melaksanakan komitmen. Cuma memang arahnya belum jelas. Ini yang akan didorong,” ujarnya.

Naryanto mengatakan, berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pemerintah, pengembangan CBM tidak dapat diperlakukan sama seperti minyak dan gas bumi lantaran karakteristiknya berbeda.

Oleh karena itu, pemerintah menilai perlu dilakukan perubahan kontraknya.

Namun, menurut dia, perubahan kontrak hanya pada kontraktor kontrak kerja sama yang telah melaksanakan komitmen seperti melakukan pengeboran dan analisa.

Perubahan kontrak yang bisa dilakukan, lanjutnya, antara lain tidak memberlakukan mekanisme masa eksplorasi maupun produksi dan kemudahan melakukan eksplorasi seperti menambah jumlah sumur.

“Produksi CBM itu paralel dengan jumlah sumur. Semakin banyak sumurnya, produksi juga meningkat. Perlu diberikan kemudahan untuk menambah sumur,” ujarnya.

Naryanto menambahkan, pengembangan CBM juga terkendala kesulitan mempertahankan produksi gas. Pada awal pengeboran produksi gas CBM rata-rata cukup tinggi yaitu 0,8 MMSCFD. Namun setelah didiamkan beberapa lama, turun menjadi 0,1 MMSCFD.

“Penyebab terjadinya penurunan ini, masih dalam penelitian lebih lanjut,” ucapnya.

Selain itu, karakter batubara Indonesia setelah pengurasan air (dewatering), ternyata menjadi hancur sehingga menyumbat pompa.

“Saat ini kami sedang mencari pompa yang sesuai, sehingga tidak lagi menghambat keluarnya gas CBM,” kata Naryanto.

Terkait ketersediaan rig, lanjutnya, pada saat ini tidak terlalu menjadi kendala karena tersedia rig khusus CBM yang harganya tidak semahal migas.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka