Jakarta, Aktual.com – Pemerintah memastikan akan melakukan impor jagung untuk pakan ternak sebanyak 100 ribu ton untuk memenuhi pasokan dalam negeri yang mulai terbatas.

“Menteri Pertanian mengusulkan kita impor dan perlu cepat,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution seusai memimpin rapat koordinasi terbatas mengenai pangan di Jakarta, Jumat.

Darmin menjelaskan impor jagung ini dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan peternak ayam petelur kecil dan menengah yang memerlukan komoditas tersebut untuk pakan.
Ia menambahkan upaya impor untuk menekan harga jagung yang sedang melambung tinggi ini akan dilakukan oleh Perum Bulog.

“Biar Bulog saja yang mencari secepatnya, tapi Bulog yang akan melakukan ini,” kata Darmin.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan harga jagung saat ini mengalami kenaikan karena tingginya permintaan dari peternak ayam.

“Memang ada pergeseran, karena biasanya kita impor gandum untuk ternak, tapi sampai hari ini tidak ada. Jadi ada pergeseran perusahaan tertentu membeli jagung ke petani, sehingga harga naik,” ujarnya.

Amran memastikan upaya pemenuhan stok akan dilakukan, meski tidak mengatakan pengadaan tambahan pasokan jagung akan dipenuhi melalui impor.

“Kita siapkan jagung, untuk perhatikan peternak kecil,” katanya.

Ikut hadir dalam rapat koordinasi tersebut Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso.

Dalam kesempatan terpisah, Presiden Peternak Layer (ayam petelur) Nasional Ki Musbar Mesdi mencurigai adanya data jagung yang tidak akurat karena harga komoditas ini untuk bahan pakan ternak sedang tinggi.

Kondisi yang dipicu oleh keterbatasan stok jagung tersebut, menurut dia, bisa berdampak pada kenaikan harga ayam dan telur.

Ki Musbar pun meminta adanya upaya mengatasi kelangkaan pasokan, karena permintaan jagung untuk bahan pakan ternak sangat tinggi yaitu mencapai 780 ribu ton per bulan.

Padahal kelangkaan stok jagung akan terjadi pada periode Desember hingga Maret, karena kondisi cuaca yang tidak menentu dapat mempengaruhi hasil produksi dan pola tanam.
Selain itu, data BPS juga memperlihatkan bahwa luas lahan jagung di Indonesia saat ini mengalami penyusutan dari tahun-tahun sebelumnya.

“Ini mempertaruhkan 1,8 juta pelaku peternak unggas. Nasibnya mau dikemanakan ?,” kata Ki Musbar.

Ant

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta