“Kita bisa dengar cerita kemana arahnya ini. Ekonomi digital itu sudah pasti, tapi seperti apa wujudnya 5-10 tahun mendatang kita belum bisa jawab,” klaim dia dia lagi.
Kondisi itu pula, kata dia, menjadi perubahan gaya hidup yaitu dulu ketika masyarakat sangat bangga dengan menggunakan baju baru di masa lebaran, sehingga ketika Hari Raya tiba mereka membeli di toko-toko konvensional untuk dipakai ketika lebaran.
“Itu di masa kecil dan remaja, baju baru itu cukup penting dan merasa membanggakan. Tapi (sekarang) itu sama sekali tidak dianggap sesuatu yang penting untuk bisa dikonsumsi,” jelas dia.
Makanya, pemerintah selalu berdalih perubahan dan pergeseran pola belanja yang membuat daya menurun. “Jadi semua itu hubungannya dengan rekreasi dan gaya hidup yang sangat berbeda dengan beberapa tahun yang lalu,” kata Darmin.
Seperti diketahui belakangan ekonomi Indonesia diyakini belum menunjukkan ke arah positif terimbas melemahnya daya beli masyarakat hingga menekan kinerja dunia usaha. Dunia ritel mengalami penurunan penjualan dari 4,1–4,2% pada April 2017 menjadi 3,5–3,6% pada Mei 2017.
(Reporter: Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka