Di samping itu, faktor penting yang ingin dicapai adalah terjadinya sinergi seluruh potensi sektor migas nasional. Fajar Sampurno mengungkapkan, Pasca terbentuknya holding migas, akan ada pemanfaatan fasilitas bersama antara PGN dan Pertagas.

Sinergi kedua perusahaan antara lain adalah terhubungnya infrastruktur gas dari barat (Arun) hingga timur (Papua) Indonesia tanpa adanya duplikasi. Sinergi infrastruktur ini akan meringkas dana distribusi infrastruktur gas, sehingga diharapkan harga gas menjadi lebih murah.

Dengan terbentuknya holding migas, kompetisi yang selama ini menjadi rahasia umum terus berlangsung antara kedua BUMN, diyakini akan berakhir. Akibat kompetisi tersebut telah terjadi tumpang tindih pembangunan jaringan pipa gas di daerah yang padat konsumen dan kevakuman jaringan pada wilayah minim konsumen. Kondisi tersebut telah menyebabkan tidak optimalnya pembangunan infrastruktur dan pelayanan gas nasional.

Melalui holding migas diharapkan pembangunan infrastruktur dan pelayanan gas yang komprehensif dengan harga terjangkau akan lebih meluas dan merata ke seluruh wilayah Indonesia. Di samping terciptanya sinergi, efisiensi dan efektivitas pengelolaan industri migas nasional, penyatuan Pertamina dan PGN pun akan meningkatkan leverage dan kapasitas investasi korporasi ke depan.

Dengan demikian, Holding BUMN Migas ini pun perlu dan harus berkembang bukan saja menjadi perusahaan migas, tetapi menjadi perusahaan energi yang terus membesar. Hal ini akan membuat Holding BUMN mampu menyediakan kebutuhan energi yang terus meningkat setiap tahun secara berkelanjutan, serta siap pula bersaing di kancah global.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Andy Abdul Hamid