Jakarta, Aktual.com – Anggota Komisi IV DPR RI Sutrisno mengingatkan bahwa pemerintah melalui Kementerian Pertanian perlu
betul-betul bersinergi dalam melakukan perluasan pendidikan dan pelatihan bagi kalangan petani di berbagai daerah.
“Dari sekitar 270 juta penduduk Indonesia, 38 juta di antaranya adalah petani. Dengan persebaran 12,4 juta berpendidikan di atas sekolah dasar (SD) dan 25,6 juta berpendidikan di bawah SD,” kata Sutrisno di Jakarta, Selasa (25/5).
Menurut dia, masih tingginya angka petani berpendidikan di bawah sekolah dasar ini membuat percepatan kedaulatan pangan yang selama ini ingin dicapai pemerintah Indonesia menjadi sulit untuk didorong.
Sutrisno berpendapat bahwa dengan struktur pendidikan masyarakat secara luas di Indonesia sebagaimana angka yang telah disebutkan berpotensi membuat sumber daya manusia pertanian sulit didorong untuk bisa mencapai percepatan kedaulatan pangan.
Ia menyarankan hal tersebut dapat dibenahi dengan memperbanyak dan memperluas pendidikan dan pelatihan kepada petani. Sehingga sumber daya manusia dalam bidang pertanian menjadi semakin baik.
Sutrisno juga menyatakan bahwa keberhasilan kedaulatan pangan juga bergantung pada tenaga penyuluh, sehingga ke depan, tenaga penyuluh diharapkan lebih responsif.
“Saya berkali-kali mengusulkan jadikan (tenaga penyuluh) organik kementerian, tarik kepada UPT supaya tegas bahwa Kementerian Pertanian punya jejaring untuk bisa menyampaikan kepada petani,” ucapnya.
Anggota Komisi IV DPR RI Slamet menyatakan bahwa ancaman pangan terbesar yang dihadapi di Tanah Air adalah persoalan terkait regenerasi petani atau kurangnya orang muda yang masuk dan bekerja di sektor pertanian Nusantara.
“Mereka (anak muda) akan merasa profesi petani tidak menjanjikan. Padahal di sisi lain, ancaman pangan terbesar kita adalah soal regenerasi petani,” kata Slamet.
Ia menambahkan, isu kesejahteraan petani harus menjadi fokus pemerintah karena kesejahteraan ini tidak hadir pada profesi petani, akan memperlebar peluang anak-anak muda Indonesia yang enggan menjadi petani.
Sebelumnya, Staf Khusus Wakil Presiden Lukmanul Hakim menyatakan krisis regenerasi petani muda menjadi tantangan bagi keberlanjutan sektor pertanian Indonesia, untuk itu perlu inovasi dan kreativitas agar pertanian menarik bagi generasi muda.
“Bertani tidak harus berlumpur, dengan teknologi para milenial dapat bertani tanpa harus berkotor-kotor,” kata Lukmanul Hakim melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (29/4).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan jumlah petani menurun dan petani muda hanya 6 persen atau 2,7 juta dari total petani di Tanah Air yang berjumlah 33,4 juta. (Antara)
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin