Jakarta, Aktual.com – Pemerintah membidik peningkatan produktivitas industri dengan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing tinggi.
Untuk saat ini, ada kendala yang dihadapi, produktivitas tenaga kerja Indonesia yang masih tertinggal jika dibandingkan negara-negara tetangga di ASEAN.
Apabila dilihat dari sudut pandang sektoral, lebih dari dua pertiga pekerja Indonesia bekerja di sektor dengan produktivitas rendah seperti jasa perdagangan, jasa lainnya, dan pertanian.
“Untuk itu, diperlukan arah strategi dalam mendorong produktivitas nasional, dengan fokus pada menggeser atau me-realokasi input produksi, termasuk SDM, ke sektor produksi strategis yang lebih produktif, dan meningkatkan output yang dihasilkan setiap unit input produksi terutama dengan meningkatkan produktivitas SDM,” kata Deputi Bidang Koordinasi Industri, Ketenagakerjaan, dan Pariwisata Kemenko Perekonomian Rudy Salahuddin dalam Diseminasi Akhir Proyek METI Skills di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (26/2).
Rudy menuturkan, perlu upaya bersama untuk mendorong produktivitas nasional melalui pertumbuhan industri dan penyiapan tenaga kerja yang berdaya saing, termasuk di sektor elektronik yang merupakan salah satu industri prioritas.
Pertumbuhan sektor industri elektronik di 2024 yaitu sebesar 6,16 persen, dengan kontribusi industri elektronika terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional cenderung stabil dalam lima tahun terakhir.
Sebagian besar tenaga kerja di sektor elektronik memerlukan keterampilan tertentu dengan latar belakang pendidikan setara SMA/SMK ke atas.
Hal ini menjadikan penyediaan tenaga kerja terampil di sektor ini mempunyai tantangan tersendiri karena ketersediaan angkatan kerja Indonesia masih didominasi pekerja dengan keterampilan rendah (low-skill worker) atau berpendidikan SMP ke bawah yakni sekitar 54 persen dari total tenaga kerja di Indonesia.
Untuk itu, diadakan Proyek METI Skill yang merupakan proyek Organisasi Ketenagakerjaan Internasional (ILO) Indonesia bersama Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Jepang yang berfokus pada pengembangan keterampilan dan mendorong perilaku bisnis yang bertanggung jawab (responsible business conduct) dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja di sektor elektronik.
Proyek ILO METI Skill ini sejalan dengan prioritas di sektor elektronik di Indonesia dengan mengembangkan dan menarik investasi pada industri semikonduktor, agar Indonesia dapat terlibat aktif dalam rantai pasok global.
Deputi Rudy menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi yang besar kepada ILO dan Pemerintah Jepang yang telah menginisiasi METI Skills pada sektor elektronika di Indonesia yang telah berjalan sejak April 2023, dan juga kepada perwakilan tripartit yang turut terlibat aktif pada proses pelaksanaan hingga diseminasi akhir proyek tersebut.
“Untuk penyiapan tenaga kerja terampil sesuai kebutuhan industri tersebut, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi yang berorientasi pada demand driven dengan melibatkan peran aktif Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) dalam pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi,” lanjut Deputi Rudy.
Dalam kurun waktu dua tahun sejak dimulainya proyek ini pada 2023, Proyek Keterampilan ILO telah melibatkan 1.150 pengusaha dan pekerja di sektor elektronik, menyelenggarakan 24 lokakarya dan seminar pengembangan kapasitas dan berbagi pengetahuan di seluruh negeri serta mengembangkan delapan program pelatihan yang berkolaborasi dengan pemerintah dan mitra sosial.
Proyek Keterampilan ILO juga telah menerbitkan dua panduan untuk pengusaha, yakni tentang Pemagangan Berbasis Sekolah yang Berkualitas di Tempat Kerja dan tentang Pengembangan Mekanisme Keluh Kesah bagi Peserta Pemagangan, satu panduan pelatihan untuk lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan vokasi dan perusahaan tentang Pengembangan Keterampilan dan Perilaku Bisnis yang Bertanggung Jawab.
Selain itu juga melakukan kajian keterampilan bertajuk “Pengembangan Keterampilan dan Situasi Ketenagakerjaan di Sektor Elektronika Indonesia”, bekerja sama dengan LPEM FEB UI.
Publikasi ini menjadi dasar bagi para pemangku kepentingan utama di sektor elektronik Indonesia untuk terus mendorong pengembangan keterampilan agar dapat menjalankan bisnis yang lebih bertanggung jawab.
“Kami mengharapkan sinergi dan kolaborasi dengan ILO seperti halnya dalam proyek METI Skill ini, dapat terus berlanjut kedepan. ILO merupakan mitra strategis Indonesia dalam meningkatkan produktivitas serta kualitas tenaga kerja, termasuk untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pekerjaan layak,” kata Rudy.
Sementara, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi menggarisbawahi praktik-praktik baik yang perlu dilanjutkan bagi pengembangan kualitas pekerja.
“Pemerintah juga berkomitmen melanjutkan inisiatif ini melalui kebijakan terkait praktik bisnis yang bertanggung jawab dalam rangka menciptakan iklim investasi yang baik, memberikan perlindungan bagi pekerja, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,” jelas Edi.
Pada kesempatan ini juga dilakukan penyerahan penghargaan bagi pihak-pihak yang sudah terlibat dalam proyek ini seperti kepada perwakilan Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Bekasi, Infineon Technologies, Diamond Electric Indonesia, KADIN Indonesia, APINDO, Yayasan Matsushita Gobel, Federasi Serikat Pekerja Panasonic Gobel, PT Panasonic Manufacturing Indonesia, Kementerian Ketenagakerjaan, Kemenko PMK, dan Deputi V Kemenko Perekonomian (sebagai partner).
Artikel ini ditulis oleh:
Sandi Setyawan