Jakarta, Aktual.com – Pemerintah tandingan Myanmar (NUG) mengumumkan pembentukan pasukan pertahanan sebagai kekuatan rakyat untuk melindungi warga antikudeta dari serangan dan tindak kekerasan oleh junta militer.

Pasukan pertahanan ini merupakan bentuk baru dari Tentara Federal Gabungan yang dibentuk beberapa tahun lalu untuk mengakhiri perang saudara di Myanmar.

Pasukan tersebut terdiri dari gabungan sejumlah milisi etnis. Sebelumnya, mereka juga kerap menangani serangan dan kekerasan militer dari Dewan Administrasi Negara (SAC).

Myanmar kembali masuk dalam gejolak politik setelah junta militer mengudeta pemerintah sipil pada 1 Februari lalu.

Sejak saat itu, sejumlah milisi etnis menyatakan dukungan terhadap NUG untuk melawan junta militer. Mereka bertekad akan mendorong militer untuk mengakhiri kekerasan, memulihkan demokrasi, dan membangun persatuan demokratis federal.

Salah satu milisi etnis pendukung NUG, Persatuan Nasional Karen (KNU), menyatakan bahwa pasukannya telah membunuh 194 tentara Myanmar, sejak akhir Maret.

Myanmar sendiri beberapa kali dikuasai junta sejak 1962 hingga 2011. Kehidupan di bawah junta militer sangat penuh kekerasan sehingga warga terus berusaha mewujudkan demokrasi dan reformasi ekonomi besar-besaran.

Hingga kini, menurut catatan Asosiasi Lembaga Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) sebanyak 769 orang tewas, sementara 3.696 yang menolak kudeta ditahan junta militer sejak kudeta.

Sipil tak memiliki senjata sehingga mereka dianggap bukan lawan proporsional bagi militer yang memiliki salah satu pasukan dan alutsista paling tangguh di kawasan.

Sebagai upaya mengimbangi kekuatan junta militer, sebagian orang bergabung dengan milisi etnis untuk berlatih angkat senjata di hutan. Sebagian aktivis yang pernah dipenjara juta turut serta dalam latihan-latihan itu.(RRI)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Warto'i