Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia (BI) menyambut baik laju indeks harga konsumen (IHK) pada bulan Agustus 2016 yang mencapai 0,02 persen (month to month). Padahal biasanya, di bulan Agustus atau sehabis Lebaran itu terjadi inflasi yang cukup tinggi.
“Deflasi Agustus ini, menjadi yang terbaik dibandingkan inflasi di periode yang sama dalam lima tahun terakhir,” jelas Gubernur BI, Agus Martowardojo, di Gedung BI, Jakarta, Jumat (2/9).
Menurut Agus, sejak 2009 hingga 2015 ini, rata-rata laju inflasi sehabis lebaran mencatatkan angka cukup tinggi, rata-rata secara mtm mencapai 0,74 persen.
“Jadi sekarang malah tercatat deflasi, makanya BI anggap ini kondisi yang lebih baik dibandingkan dalam lima tahun terakhir,” tandas Agus.
Bahkan ia pun meminta pemerintah untuk terus melakukan pengendalian harga, sehingga ke depannya laju inflasi akan dapat terus terkendali.
Belum lama ini, memang Kementerian Perdagangan melaui Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita berencana untuk menetapkan harga acuan sebanyak 11 bahan pangan.
Hal itu dilakukan untuk menjaga harga di tingkat petani dan peternak, serta konsumen. Acuan tersebut meliputi harga pokok pembelian (HPP) di tingkat produsen dan harga eceran tertinggi (HET) di tingkat konsumen.
“Saya sambut baik. Kalau Mendag akan buat acuan harga pangan strategis, itu akan baik untuk hindarkan fluktuasi harga di pasar karena biasa dimainkan oleh value chain atau perantara,” tandas Agus.
Langkah pemerintah ini, sebutnya, sangat baik untuk mengendalikan harga, ketersediaan pangan, keterjangkauan harga dan distribusi pangan. Dengan begitu inflasi pun akan stabil.
Jika kondisi tersebut dapat tercapai, BI yakin laju inflasi hingga akhir tahun akan semakin terkendali sesuai sasaran BI di kisaran 4 plus minus 1 persen atau bahkan bisa lebih kecil lagi dapat mencapai di bawah 3,5%.
“Jika pemerintah terus kendalikan harga, maka inflasi di 2016 sepanjang tahun bisa di bawah 3,5 persen, yaitu di kisaran 3,2 persen,” pungkas Agus.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka